Banyak yang tak Paham Mengenai Bencana
Koordinator rescue Relawan Peduli Kemanusianan Pemberdayaan Umat (PKPU) Subur Rojinahwi (44) menilai tak banyak orang paham mengenai bencana
Penulis: Rahmat Patutie
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, KUMAI - Koordinator rescue Relawan Peduli Kemanusianan Pemberdayaan Umat (PKPU) Subur Rojinahwi (44) menilai tak banyak orang paham mengenai bencana. Menurutnya, kata bencana kerap disebut namun tak tahu makna dari kata tersebut.
"Apa definisi dari bencana itu terus relawan, apa sih itu relawan dan bencana?," ujar Subur kepada Tribunnews.com di posko bantuan di Perlabuhan Kumai, Kalimantan Selatan, Rabu (7/1/2015) malam.
Pria kelahiran Indramayu 1 Maret 1971 ini berbagi kisah saat bertukar pengalaman membuat suatu tim tenaga bencana dengan para prajurit dan perwira TNI Angkatan Darat Kostrad di Lintasan Udara 17, Cijantung, Jakarta Timur.
"Kami diminta melatih TNI AD tahun 2013 dan 2014. Saling bertukar pikiran pengalaman yang pernah saya dapatkan. Pengalaman dari latihan-latihan yang didapat dari Basarnas dan lain-lain," imbuhnya.
Pada 2013 itu, pihaknya mengutus lima personil PKPU termasuk dirinya memberikan pengarahan mengenai simulasi kebencanaan di wilayah Cibubur.
Berawal dari materi diikuti praktek tentang penyelamatan di air. Antara lain, cara menolong di air, manfaat mendayung, menggunakan mesin tempelnya, menolong orang tenggelam baik tercebur di sungai maupun di laut. "Itu ada triknya semua.
Maksudnya itu, agar setiap orang selalu tanggap tehadap bencana.
Selain juga, yang mereka terapkan adalah cara-cara untuk memadamkan api kecil dengan menggunakan karung misalnya.
Pihaknya dengan sengaja membakar satu unit bus yang di isi sejumlah penumpang yang menjadi korban. Cara yang harus dilalui adalah bagaimana mematikan api mengevakuasi dan menolongnya.
Menurut Subur, simulasi kebakaran ini untuk mengetes kesiapsiagaan para aparat.
"Semua tentara di sana tidak tahu ada kebakaran. Misalnya ada kebakaran tiba-tiba, korban meminta tolong dan bunyi kentongan di sana sini," katanya.
Sedangkan pada 2014, lanjut Subur, pihak juga kembali dipercayakan melatih sedikitnya 40 personil yang tergabung dari parajurit dan perwira TNI AD.
Menurutnya, sejak awal para personil TNI itu sudah sangat disiplin. Hanya saja, kata dia, untuk menghadapi bencana tidak seperti bergaya militer. "Saya menerapkan kepada mereka, mohon ijin kami tidak usah tegang, kami tidak usah formal banget, kami latihan soal kebencanaan," katanya.
Setidaknya delapan perwakilan PKPU memberi pengarahan materi termasuk simulasi selama dua hari. Tenda-tenda lebih dulu dibangun di hutan Universitas Indonesia (UI) Depok. Sementara lokasi simulasi di adakan di danau UI.
"Satu hari untuk gladi kotor, kami kontak mereka bahwa ada korban tenggelam, tim siaga harus ke lokasi dengan cepat. Makanya ada yang membuat tandu, cara menolong, misalnya ada petir mereka membalikan perahu itu sudah gladi bersihnya," jelasnya.
Dia menyebutkan, hingga kini, sillahturahmi keduanya selalu saling terjaga. Pihaknya pun kerap melibatkan para TNI ketika ada bencana alam.
Menurutnya, suatu kebanggan tersendiri bagi dirinya bersama tim dapat membantu
Menurutnya, hal tersebut merupakan pengalaman pertama kali mengajarkan para prajurit.
"Biasanya kan kami ajarkan mahasiswa, perusahaan, atau sekuritiy itu sudah biasa. Tapi militer kaget juga, deg-degkan juga. Kami merasa bangga sekali bisa berbagi pengalaman bersama prajurit," tambahnya.
Subur mengaku sudah banyak telribat di beberapa kegiatan dari dalam hingga luar negeri mengenai kebencanaan. Di antaranya Tsunami 2004, pembantaian Rohingya di Nyanmar 2013, banjir bandang wasior 2010, merapi 2010, angin topan hayan di Filipine 2012, gunung meletus Sinabung 2013, banjir Manado 2013, dan tanah longsor di Banjarnegara 2014.
Tak ada kata apatis dalam kamus Subur, di samping mempunyai banyak pengalaman dan jam terbang yang tinggi.
Adanya insiden pesawat AirAsia QZ 8501, harus membuatnya turun gunung. Ia menekankan telah bertekad ingin mencari amalan hidup sebagai relawan. Dengan alasan itu, batang hidungnya berada di tengah-tengah tim evakuasi gabungan di Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah.
Subur dan lima tim pasukan gerak cepat dari PKPU membantu tim Badan SAR Nasional (BASARNAS) mencari dan evakuasi korban berikut badan pesawat AirAsia QZ 8501, dengan menyisiri antara perairan Selat Karimata dan Pulau Jawa.
Ia bersama timnya tiba di Pelabuhan Kumai membawa perlengkapan pribadi lengkap dari Jakarta. Di antaranya, 6 masker khusus anti biokimia, 6 helem rescue, 6 pelampung, cairan tangan anti bakteri,6 pasang sarung tangan karet latex, dan baju lapangan.
Mereka pun menumpangi Kapal Negara SAR dari Pelabuhan Kumai menuju target operasi, Selasa (6/1) sekitar pukul 12.00 Wib.
Subur menjadi komandan regu mewakilkan timnya dalam melaksana misi mulia ini.
Rabu (7/1), Kapal yang ditumpanginya bersender di pelabuhan Kumai, dengan membawa satu jenazah pesawat AirAsia yang dinyatakan hilang Minggu (28/12) itu.
Menurut Kapten kapal Ahmad dari pihak Basarnas, jenazah tersebut diambil dari KRI Sutedi Seno Putra (SSA) 378 yang dipimpin Mayor Laut Pelaut Hendra Astawan.
Lokasi penemuan jenazah di sekitar perairan Pulau Jawa, tepatnya di titik koordinat 03 35 313 Selatan 111 03 220 Timur.
Subur yang pernah bercita-cita menjadi ABRI tetap tampil menggunakan seragam warna merah. Seragam lapangan PKPU yang sama ketika dirinya berangkat ke kapaln Basarnas.
Dirinya tampak gagah sesaat turun ke daratan. Meski baru saja mengarungi lautan dengan tinggi gelombang sampai tiga meter mengintai kapal Basarnas yang terombang-ambing selama pencarian jenazah.
"Bencana itu adalah bencana itu sendiri. Niat saya ikhlas hanya selalu ingin menolong," tegasnya.