Pulang Dugem Bawa Cewek ke Kosan
Meski belum pernah melihat dengan mata kepala sendiri, Toni yakin ada seks bebas di balik tembok kos-kosan.
Editor: Hasanudin Aco
Laporan Reporter Tribun Jogja, M Resya Firmansyah
TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Bermunculannya pusat-pusat "dugem" di Kota Yogya dan sekitarnya tak pelak memberikan ekses kehidupan serba bebas, nyaris tak terkontrol. Tak sedikit cowok-cowok mahasiswa menarik perempuan-perempuan nakal ke kosnya.
Pemandangan serba bebas ini kerap terlihat di sekitar pusat-pusat "dugem" di Babarsari, Depok, Sleman. Nongkrong di kafe, ketemu pasangan, lantas kencan berlanjut ke kamar kos. Pemilik kos kebanyakan tutup mata karena berprinsip risiko tanggung penumpang.
Gadis-gadis yang dengan mudah dikencani ini bukan semata pekerja seks. Mereka sama-sama berburu kesenangan, dan tak sungkan jika cocok mau diajak kencan singkat atau seperti judul lagu, "Cinta Satu Malam".
Kehidupan bebas itu digambarkan Toni, pemilik angkringan yang tinggal dan berjualan di pusat kehidupan bebas di Babarsari. Ia mengaku tahu persis perilaku anak-anak mahasiswa, dan cewek-cewek yang bebas diajak berkencan.
"Biasanya mereka berangkat bawa mobil atau motor sendiri. Tapi pulangnya, biasanya pada bawa cewek," kata Toni sembari menunjuk sejumlah rumah kos bebas yang ada di hadapannya.
Meski belum pernah melihat dengan mata kepala sendiri, Toni yakin ada seks bebas di balik tembok kos-kosan.
"Saya belum pernah lihat sih. Orang (kamar) kosnya dikunci. Tapi ya kalau cowok cewek sekamar, biasanya ngapain sih," tanya Toni seperti meyakinkan dugaannya. Keyakinan Toni ini bukan tanpa dasar.
Ia telah bertahun-tahun tinggal dan berdagang angkringan di sekitar kos-kosan di Babarsari. Karena itu ia mengenal dan mengetahui kisah-kisah seks bebas itu dari para pelakunya sendiri, mahasiswa yang kerap nongkrong di angkringannya. (Tribunjogja.com).