Tips Sukses Siwono Kembangkan Bisnisnya
"Kurang memerhatikan apa yang disasar dan bagaimana memberdayakan yang ada di sekitar, menjadi titik lemah (pengusaha)."
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Deni Setiawan
TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Tiap memulai usaha tentu ada tantangan yang harus dihadapi. Demikian juga dirasakan Siswono Yudo Husodo yang telah sukses mambangun beberapa lokasi agrowisata dan property besar.
Tantangan apa yang dihadapi dalam mengembangkan bisnis pariwisata di Jawa Tengah?
Apabila saya perhatikan dan hasil curhat (curahan hati) pelaku wisata di Indonesia, tantangan dan kendala mengembangkan bisnis itu sebenarnya berasal dari diri mereka sendiri.
Sejak awal, kurang memerhatikan apa yang disasar dan bagaimana memberdayakan yang ada di sekitar, menjadi titik lemah sehingga terkesan kurang optimal.
Hal yang tidak bisa ditawar di awal memulai bisnis pariwisata adalah jangan sekali-kali salah mendesain. Hal kedua, terkait infrastruktur. Dalam mengembangkan bisnis kepariwisataan kita tidak bisa egois. Perlu menjalin kerja sama yang kuat dengan semua lini. Contoh gampang, pemilik objek wisata menjalin kerja sama dengan tour and travel dan mempromosikan lewat berbagai kegiatan dan publikasi. Lalu, meminta bantuan penyediaan infrastruktur.
Jika pelaku wisata mau menjalankan secara baik, apa yang diperoleh bakal berlipat. Bakal lebih menarik jika yang ada di Jawa Tengah ini dikonsep dalam bentuk paket wisata alam. Artinya, mereka yang datang ke Jawa Tengah tidak sekadar menikmati satu objek tetapi di objek wisata lain.
Apa yang harus dihindari dalam bisnis kepariwisataan?
Anda pernah ke Curug Sewu di Kabupaten Kendal? Apa yang Anda lihat di sana? Sudahkah suguhannya alami? Saya pribadi merasa belum sepenuhnya. Masa iya, wisatawan air terjun juga disuguhi patung vespa? Tidak perlu jauh-jauh lagi, di Candi Gedong Songo. Yang disuguhkan pertama kepada pengunjung adalah rumah makan, kantor, hingga gazebo. Padahal, tujuan utama mereka datang ingin melihat candi.
Dari dua contoh itu, bisa dilihat kita belum mampu mengemas sebuah objek wisata secara cantik dan sinkron. Cobalah itu diperhatikan. Bagi saya pribadi, pengelola wisata pun harus mampu mempertanggungjawabkan. Jangan sampai membuat kecewa mereka yang sudah datang jauh-jauh dari kota lain maupun negara lain.
Awet tidaknya objek yang disuguhkan tergantung layanan yang diberikan. Menawarkan objek wisata tentu perlu adanya kehati-hatian. Karena itu, wisata harus dikemas secara cantik, alamiah, dan tentunya sinkron dengan bidikan utama yang ditawarkan kepada pengunjung. Konsep atau desain awal itu harus jelas.