Ketua Arisan Rp 2 Miliar Tak Mampu Menjawab Pertanyaan Penyidik
Fatimah Muin gagap menjawab pertanyaan penyidik di Polsek Panakkukang, Makassar
Editor: Budi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM.MAKASSAR - Fatimah Muin gagap menjawab pertanyaan penyidik di Polsek Panakkukang, Makassar, Rabu (4/3/2015).
Ibu yang sehari-hari menjual kain di Pasar Toddopuli Raya itu tak mampu menjelaskan aliran dana arisan ibu-ibu di Pasar Toddopuli Raya yang mencapai Rp 2 miliar.
"Sebagian diambil Daeng Bau," kata Fatimah dengan suara gemetar, menjawab pertanyaan penyidik.
Saat ditanya untuk apa uang arisan tersebut, Fatimah tidak menjawab. Ibu berusia sekitar 60 tahun itu justru menjelaskan asal mula terbentuknya kelompok arisan itu.
"Ada juga yang mengatur supaya nomornya yang naik, Pak," kata Fatimah.
Tiga kali penyidik bertanya aliran dana arisan dari 140 ibu yang rata-rata penjual di Pasar Toddopuli Raya. Tapi, Fatimah menjawab lain.
"Saya sudah tersesat, Pak. Tapi, tidak ada uang arisan yang saya ambil," kata Fatimah.
Sehari sebelumnya, pedagang Pasar Toddopuli Raya memadati Kantor Polsek Panakkukang. Mereka menuntut Fatimah bertanggung jawab.
Di hadapan penyidik, Fatimah mengaku membentuk kelompok arisan sejak 2014. Untuk pedagang Pasar Toddupuli, kelompok arisan terbagi tiga.
Pertama adalah kelompok Rp100 juta dengan anggota 50 orang. Mereka diwajibkan menyetor uang arisan Rp100 ribu perhari. Kedua adalah kelompok Rp200 juta dengan anggota 45 orang. Uang setoran Rp200 ribu per hari. Ketiga adalah kelompok Rp45 juta dan wajib menyetor Rp 45 ribu per hari.
"Saya dirikan arisan ini sejak tahun 2014 dan setiap harinya saya melakukan penagihan kepada setiap anggota arisan sesuai kelompok-kelompoknya. Setiap 10 hari, arisan tersebut diundi di Pasar Toddopuli,'' jelas Fatimah.
Fatimah mengaku, selama ini arisan berjalan lancar. Beberapa anggota juga sudah menikmati hasil undian. Dari tiga kelompok itu, masih ada 57 orang yang belum naik arisannya. "Sisa 57 orang yang belum naik dari seluruh anggota, Pak," katanya.
Arisan itu memang berbeda dari kebanyakan arisan. Sekali naik undi, anggota bisa membawa pulang uang Rp 100 juta.
"Saya ambil dua nama. Satu yang sudah naik dan satunya lagi belum. Masalah muncul, karena saat naik, Fatimah hanya memberi saya Rp50 juta dengan alasan masih ada anggota arisan yang belum menyetor," kata anggota Arisan, Abdul Rahim.(cr/4san)