Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ganjar Pranowo: Saya Ini Gubernur Gaul

“Saya ini gubernur gaul. Saya bukan gubernur yang tidak bisa disentuh," kata Ganjar.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Ganjar Pranowo: Saya Ini Gubernur Gaul
TRIBUN JATENG/WAHYU SULISTIYAWAN
Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo mencoba menaiki mobil dengan bahan bakar VI-Gas di SPBU 41.502.02 jalan Sultan Agung, Kota Semarang, Jateng, Kamis (8/1/2015). VI-Gas merupakan bahan bakar merupakan gas cair alternatif pengganti BBM yang ramah lingkungan. TRIBUN JATENG / WAHYU SULISTIYAWAN 

TRIBUNNEWS.COM, SOLO - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menegaskan pentingnya komunikasi dalam pola penyelesaian setiap persoalan. Dia mencontohkan, komunikasi yang dilakukannya secara intens dengan medium teknologi itu menobatkan dirinya sebagai pejabat yang melek teknologi.

Dia mengaku bersama dengan Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil terpilih sebagai pejabat yang mau membuka diri dengan kritik. Melalui perangkat twitter misalnya, Ganjar mengaku terus mendengarkan masukan, kritik bahkan mendengarkan protes dari masyarakat yang tidak suka dengan kebijakannya memimpin Jawa Tengah.

“Saya ini gubernur gaul. Saya bukan gubernur yang tidak bisa disentuh. Melalui teknologi, komunikasi saya dengan masyarakat bisa berjalan baik,” ungkap Ganjar saat berdiskusi dengan para mahasiswa Universitas Negeri Sebelas Maret, Surakarta di kantin kampus setempat, Kamis (23/4/2015).

Di depan mahasiswa itu, Ganjar mengajak mereka berdiskusi panjang soal persoalan di Jawa Tengah. Ganjar ingin menggali kemampuan dan kepedulian mahasiswa untuk membantu menyelesaikan persoalan.

Pada intinya, politisi PDIP itu ingin agar mahasiswa mau diajak berfikir jernih sebelum bertindak. Mahasiswa jangan terjebak dengan wacana dibangun tanpa dibarengi dengan pengetahuan secara ilmiah.

“Saya itu dulu di-bully, gubernur kok ngurus jalan rusak. Lho, emang begitu kerjanya yang kecil-kecil. Saya ingin ubah paradigma orang bahwa itu tugas gubernur. Kalau dulu di pas mahasiswa, pasti ada tiga kunci saya: buku, pesta dan cinta,” tandas suami Siti Atiqoh ini.

Mantan Wakil Ketua Komisi II DPR RI itu hendak menegaskan bahwa belajar secara ilmiah penting untuk menangkal ilmu pokoe. Mahasiswa harus menjelaskan secara ilmiah. Untuk itu, agar kritikan bisa akurat harus disertai rujukan ilmiah.

Berita Rekomendasi

Ganjar sendiri mengapresiasi kepedulian bersama. Aktivitas itu penting untuk mengalahkan sikap pragmatisme dan memunculkan sikap voluntarisme.

“Nah, kalau banjir di Solo ini, mahasiswa UNS pada kemana. Boleh misalnya ke Rembang, tapi juga banjir harus bantu banjir. Selain itu, buatlah komunitas mahasiswa anti korupsi. Kalau ada kasus misalnya teliti, secara ilmiah, itu sangat bagus,” pungkasnya.

Penulis: Kontributor Semarang, Nazar Nurdin

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas