Batu Bacan Populer Hingga ke Korea Selatan
Wisatawan domestik dan mancanegara mengunjungi daerah tersebut hanya untuk berburu batu yang kisaran harga bisa mencapai puluhan juta rupiah.
Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Glery Lazuardi
TRIBUNNEWS.COM, HALMAHERA SELATAN - Batu merupakan sebuah benda yang sering ditemui di jalan. Namun, sekarang batu seperti menjadi primadona terutama batu yang berasal dari Pulau Bacan di wilayah Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara.
Wisatawan domestik dan mancanegara mengunjungi daerah tersebut hanya untuk berburu batu yang kisaran harga bisa mencapai puluhan juta rupiah. Warga mengambil manfaat dari hal ini.
Warga pada umumnya bekerja sebagai nelayan, sekarang mereka mulai beralih menjadi penjual batu. Batu itu dijual di pasar-pasar wilayah Pulau Bacan. Tetapi, tahukah masyarakat dari mana batu tersebut berasal?
"Kami menambang batu-batu ini dari Gunung Gulao. Penambangan sudah dilakukan sejak tahun 1974. Tetapi, batu mulai dikenal sampai ke luar negeri selama satu tahun terakhir ini," ujar Ari, pria yang pernah menjadi penambang batu bacan kepada Tribunnews.com di Pasar Baru Labuha, Minggu (26/4/2015).
Sejak batu bacan populer, warga mulai beramai-ramai menambang batu di Gunung Gulao. Dia menjelaskan, orang menambang menggunakan peralatan, seperti cangkul. Namun, dia menilai tidak mudah untuk menghancurkan batu.
"Proses penggalian seperti menggali emas. Batu dibagi ke dalam beberapa lapisan. Bentuk seperti karang. Warga mulai banyak yang menambang apalagi saat ini. Tetapi, tidak mudah menambang karena batu itu keras," ujarnya.
Setelah ditambang, maka batu tersebut dibentuk menjadi beberapa bongkahan. Bongkahan tersedia dalam beberapa ukuran mulai dari ukuran kecil seukuran jempol tangan sampai berukuran besar.
Kemudian, batu tersebut dibawa ke pasar. Sebagian dijual dalam bentuk batu bongkahan, sementara sebagian lainnya dijual dalam bentuk cincin atau perhiasan lainnya. Salah satu tempat penjualan batu berada di Pasar Baru Labuha.
Batu tidak hanya dijual di pasar-pasar Pulau Bacan, namun sudah dipasarkan hingga ke daerah-daerah lainnya, seperti Pulau Ternate, Makassar, dan DKI Jakarta.
Menurut Ari, wisatawan mancanegara juga memburu batu itu.
"Ada wisatawan dari Korea Selatan. Datang ke sini biasanya 4 sampai 5 orang. Mereka berani mengeluarkan uang dalam jumlah nilai nominal besar bahkan sampai jutaan rupiah. Mereka biasanya membeli bongkahan-bongkahan batu," tambahnya.