Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Saban Malam Relawan Zebra Cross Ini Sibuk Tentukan Kostum Unik

Saban malam Yoyok selalu memikirkan pakaian dinasnya untuk ia pakai besok pagi. Memang hasil jerih payahnya menyeberangkan orang tak banyak.

Editor: Y Gustaman
zoom-in Saban Malam Relawan Zebra Cross Ini Sibuk Tentukan Kostum Unik
Surya/Sany Eka Putri
RELAWAN UNIK - Yoyok Omai Yaya, warga Sawotratap, Gedangan, Sidoarjo, Jawa Timur, tampil unik setiap hari saat membantu pejalan kali menyeberang melalui zebra cross. 

TRIBUNNEWS.COM, SIDOARJO - Yoyok Omai Yaya, warga Sawotratap, Gedangan, Sidoarjo, Jawa Timur, tampil unik setiap hari saat membantu penyeberang melalui zebra cross di depan Giant Hypermarket dekat rumahnya.

Sudah lebih empat bulan ia membantu para pejalan kaki yang menyeberang melalui zebra cross yang terkenal maut itu. Mereka yang merasa terbantu biasanya menyumbang uang sekadarnya.

"Di sini ini jalan maut. Sudah banyak yang meninggal dunia akibat tertabrak pas mau menyeberang,” ujar Yoyok, Selasa (28/4/2015).

Ia berangkat dari rumah sekitar pukul 05.30 WIB dan secara sukarela membantu menyeberangkan orang hingga pukul 18.00 WIB. Uniknya, tampilan Yoyok bertugas kerap memakai rumbai-rumbai dan cincin batu akik di semua jarinya.

Pria asal Kalimantan Timur ini memakai pakaian yang berbeda setiap harinya. Mulai dari baju adat hingga berdandan ala orang gila. "Pokoknya enggak pernah sama pakaiannya. Temanya apa saja, yang penting ada tema budaya adat,” papar penggemar mendiang Mbah Surip ini.

Sebelum menjadi sukarelawan penyeberang orang, Yoyok punya komunitas seniman yang anggotanya para pemain ludruk. Tapi komunitasnya bubar setelah 10 tahun bertahan. Lantas, dia membentuk komunitas yang menampilkan akrobat.

Berita Rekomendasi

Sama seperti komunitas ludruk, komunitas ini juga tak bertahan lama, usianya hanya lima tahun. "Pecah semua anggota ludruk dan akrobat. Sekarang yang masih saya pertahankan tinggal komunitas kuda lumping," paparnya.

Saban malam Yoyok selalu memikirkan pakaian dinasnya untuk ia pakai besok pagi. Memang hasil jerih payahnya menyeberangkan orang tak banyak.

“Kadang-kadang cuma dapat sedikit, tapi saya simpan. Kadang-kadang juga ada orang yang suka rela walau hanya melintas dan enggak menyeberang, memberi saya uang atau makanan,” terangnya.

Saat Yoyok melayani wawancara, tiba-tiba sopir bemo menyeletuk, "Iku wong gendeng iku. Gak waras. Laporno ae. Laporno." Artinya, "Itu orang gila. Tidak waras. Laporkan saja."

Entah berkelakar karena saling kenal atau celetukan iseng, Yoyok menganggap hujatan seperti itu sudah biasa. Ia tak menggubris.

Tapi coba dengar ungkapan dari orang yang merasa terbantu jasanya. “Dulu sebelum ada dia, susah mau menyeberang. Walaupun dulu ada tongkat penyeberang, nggak ngaruh,” terang Anisa yang menggendong bayinya.

Perempuan itu pun memberikan upah yang ditaruh di tempat uang. Ia juga membenarkan, sekitar zebra cross sering terjadi kecelakaan.

Kembali ke kisah suka duka Yoyok. Ia menganggap pekerjaannya sekaligus ajang kreativitasnya sebagai seniman.

Satu ketika, dia pernah ditabrak pengendara motor ketika hendak menyeberangkan orang. “Ya setiap pekerjaan ada risikonya. Kalau enggak ada saya yang menyeberangkan, mereka yang tertabrak,” katanya.

Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas