Dokter Keluarkan Chips Calon Mahasiswa Baru FK UMM yang Dipakai Dengarkan Jawaban dari Joki
Dr Thontowi Djauhari MKes dari RS UMM Tlogomas Malang mengambil microchips yang ada di telinga Camaba Fakultas Kedokteran (FK) UMM,
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, MALANG - Dr Thontowi Djauhari MKes dari RS UMM Tlogomas Malang mengambil microchips yang ada di telinga Camaba Fakultas Kedokteran (FK) UMM, Rabu (13/5/2015).
Ia mendapatkan tiga chips dari telinga camaba. Dua chips didapat dari tersangka Khusnul Nurdianti dan satu chip dari tersangka Rafit asal Kota Batu. Sedang dua chips sebelumnya sudah keluar sendiri, Selasa (12/5/2015).
Total ada lima chips yang dijadikan barang bukti. Tiga chips hilang atau diperkirakan jatuh karena harusnya dari empat orang itu, ada delapan chips yang ditempatkan di kanan kiri telinga.
Dengan membawa sejumlah peralatan, dokter yang mengenakan baju kotak-kotak itu memeriksa dulu telinga camaba, kemudian dengan hati-hati mengambil chips. Bentuknya sangat kecil berwarna silver.
Satu tersangka cowok sempat mengeluh dan menduga masih ada chips di dalam telinganya karena dia merasa gatal.
"Sudah tidak ada chipsnya. Itu ada kotoran di telingamu. Saya bersihkan," kata dokter Thontowi kepada camaba tersebut.
"Saya tidak tahu bahannya dari apa," ujar dr Thontowi kepada SURYA.CO.ID ketika keluar dari ruang UPPA Satreskrim Polres Malang, Rabu (13/5/2015) sore.
Katanya, ia cukup kesulitan mengambilnya. Selain karena bentuknya kecil, chips itu diletakkan di menempel ke gendang telinga. "Makanya agak sulit," ujarnya.
Karena tertarik pada chips yang dipakai camaba Fakultas Kedokteran ini, ketika ada penugasan dari PR 2 UMM, Fauzan, Thontowi langsung antusias. "Saya tertarik karena penasaran ingin melihat seperti apa," urainya.
Menurutnya, baru sekali ini dia melihat benda seperti itu. "Saya tidak tahu itu dari bahan apa. Sudah ya..," jawab dokter Thontowi yang kemudian pamitan meninggalkan Polres Malang bersama staf yang membawa peralatan kerjanya.
Microchips itu berfungsi mirip speaker sehingga peserta yang ikut ujian bisa mendengarkan jawaban dari operator.
Setelah scan foto soal dikirimkan tersangka R, asal Kota Batu ke operator, jawaban segera dapat didengar.
Kasat Reskrim Polres Malang AKP Wahyu Hidayat mengatakan, peserta ujian FK sebanyak 300 orang, yang diterima hanya 100 orang. Makanya persaingan sangat ketat. Apalagi FK UMM termasuk favorit di PTS Malang.
Menurut Wahyu, masing-masing orangtua tersangka mengajukan penangguhan penahanan ke Kapolres Malang, namun belum ditindaklanjuti karena masih menunggu Kapolres. "Selain itu juga perlu pertimbangan dari penyidikan," ujarnya.
Dari empat tersangka, satu tersangka dari NTB yang memakai sistem peradilan anak sebab usianya belum mencapai 18 tahun. "Sekarang kami sedang menyelesaikan pemeriksaan semua," kata Wahyu.