Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Hentikan Lumpur Lapindo, Jokowi Diminta Segera Terapkan Teori Bernoulli

Presiden Joko Widodo diminta segera menerapkan konsep teori Bendungan Bernoulli dalam menghentikan luapan lumpur Lapindo

Editor: Budi Prasetyo
zoom-in Hentikan Lumpur Lapindo, Jokowi Diminta Segera Terapkan Teori Bernoulli
KOMPAS.com/Achmad Faizal
Jaya Laksana (kanan) menggambarkan potensi penurunan tanah (subsiden) ekstrem di sekitar semburan lumpur panas Lapindo. 

TRIBUNNEWS.COM.SURABAYA, — Presiden Joko Widodo diminta segera menerapkan konsep teori Bendungan Bernoulli dalam menghentikan luapan lumpur Lapindo di Sidoarjo. Semakin lama lumpur menyembur dinilai akan semakin dekat dengan potensi penurunan tanah secara ekstrem.

"Kita tidak tahu kapan penurunan tanah ekstrem dan seberapa luasnya, tapi itu dipastikan akan terjadi," kata dosen Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Jaya Laksana, Kamis (28/5/2015) malam.

Pemilik hak paten teori Bendungan Bernoulli itu yakin bahwa Presiden Jokowi memiliki sikap yang sangat bijak dalam menyelesaikan segala permasalahan sosial di masyarakat.

"Saya sudah kirimkan surat tentang teori Bernoulli kepada Presiden Jokowi dan pihak-pihak terkait," ungkapnya.

Jaya percaya, hanya teori Bernoulli yang mampu menghentikan lumpur panas yang menyembur sejak 2006 itu. Teori tersebut, kata dia, sudah diuji oleh para pakar dan ahli, serta sudah dipresentasikan di Kementerian Pekerjaan Umum.

Cara kerja teori Bernoulli dinilai Jaya mampu meminimalisasi potensi subsiden karena bendungan yang dibangun akan kembali mengalirkan lumpur ke dalam tanah, dan menutup rongga tanah yang kosong.

Dengan membuat bendungan melebihi total head (ketinggian maksimal) semburan yang dibuat melingkari pusat semburan, maka semburan dapat dikendalikan dan dihentikan saat itu juga.

Berita Rekomendasi

Catatan Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS), volume semburan pada enam tahun terakhir, masih pada kisaran 30.000-60.000 meter kubik per hari. Volume tersebut turun karena pada dua tahun pertama sejak 2006 sempat mencapai 100.000 meter kubik per hari. ( Kontributor Surabaya, Achmad Faizal)

Tags:
Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas