Tinggal di Gubuk 2x3 Meter, Yatim Piatu dari Garut Ini Tetap Rangking 1 di Sekolah
Bagi Artawati, hidup dalam keterbatasan ekonomi dan tanpa kasih sayang dari kedua orang tua yang telah meninggal bukanlah halangan untuk berprestasi
Editor: Sugiyarto
Laporan Wartawan Tribun Jabar, M Syarif Abdussalam
TRIBUNNEWS.COM, GARUT - Bagi Artawati, hidup dalam keterbatasan ekonomi dan tanpa kasih sayang dari kedua orang tua yang telah meninggal bukanlah halangan untuk menjalani hidup.
Buktinya, anak perempuan berumur 10 tahun ini selalu meraih peringkat tiga besar di sekolahnya.
Artawati tinggal bersama neneknya di Kampung Gugunungan, Kelurahan Margawati, Kecamatan Garutkota.
Rumah panggung yang ditinggali mereka berdua berukuran sekitar 2x3 meter, seluruhnya terbuat dari kayu dan bambu.
Ayah Artawati meninggal dunia saat dirinya masih dalam kandungan. Sedangkan ibunya meninggal saat dirinya berusia dua tahun.
Sejak saat itu, Artawati hidup bersama neneknya, Entin (60), dalam gubuk yang kini hampir roboh.
Entin bekerja sebagai buruh tani serabutan. Penghasilan dari jerih payahnya hanya cukup untuk membeli beras dan kebutuhan hidup lainnya.
Artawati pun hanya bisa sedikit membantu neneknya saat libur atau sepulang sekolah.
Walaupun hidup dalam keterbatasan, Artawati yang bercita-cita menjadi guru ini selalu rajin belajar sehingga selalu mendapat peringkat pertama, kedua, atau ketiga, di kelasnya.
Anak perempuan ini sangat pemalu dan tidak suka berbicara banyak.
Walaupun demikian, dia sangat populer di sekolah atau lingkungan tempat tinggalnya sebagai anak yang sangat baik dan rajin.
Anggota DPR RI, Siti Mufattahah, pun langsung mengunjungi rumah Artawati, Jumat (3/7).
Siti mendatanginya setelah melihat kabar mengenai Artawati dari postingan facebook milik Camat Garutkota Basuki Eko.
"Saya langsung terpanggil untuk ke Garut, memberikan sedikit bantuan untuk biaya pendidikannya. Rasulullah mengatakan kita harus menyayangi anak yatim, apalagi yatim piatu," kata Siti, Jumat (3/7).
Siti mengatakan seharusnya para kepala desa atau camat yang lain bisa mengungkapkan kondisi-kondisi sosial di wilayahnya.
Dengan demikian, pihak lain yang melihatnya dapat membantu untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Terlebih, katanya, Artawati sangat berprestasi di sekolahnya.
Seharusnya, kata Siti, Artawati dan anak-anak yatim lainnya mendapat perhatian lebih dan fasilitas yang layak dari pemerintah.
Camat Garutkota, Basuki Eko, mengatakan Artawati dan neneknya tidak terdaftar sebagai keluarga miskin.
Karenanya, mereka tidak memiliki BPJS sebagai jaminan kesehatan atau kartu jaminan sosial.
"Makanya, kami sangat memperhatikan keluarga ini. Kami pun selalu terjun ke lapangan mencari keluarga yang miskin tapi tidak terdata sebagai keluarga miskin. Ada beberapa rumah yang mau ambruk tetapi tidak masuk ke program rehabilitasi rumah tidak layak huni," kata Eko.
Untuk memperbaiki rumah dan membiayai pendidikan atau ekonomi keluarga miskin ini, katanya, pihaknya menggandeng perusahaan-perusahaan dan para donatur. (*)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.