Muktamar NU, Awalnya Mirip Gegeran, Akhirnya Ger-geran
Beberapa kejadian itu sempat memunculkan rasa khawatir, gelaran muktamar akan terus deadlock
Editor: Budi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM.JOMBANG - Pelaksanaan Muktamar NU ke-33 telah selesai, Kamis (6/8/2015) hari ini.
Kaum Nahdliyin telah berhasil memilih pemimpin mereka periode 2015-2020. Yakni, KH Makruf Amin sebagai Rais Aam dan KH Said Agil Siradj sebagai Ketua Umum Tanfidziah PBNU.
Posisi Ketua Umum tetap dijabat KH Said Agil, hanya posisi Rais Aam yang berubah dari KH Mustofa Bisri (Gus Mus) ke KH Makruf.
Awalnya ketika proses registrasi peserta yang dimulai 31 Juli 2015 di GOR Merdeka Jombang, terjadi sejumlah insiden hingga mengarah tindakan fisik.
Kegaduhan juga sempat terjadi saat sidang pleno pembahasan tata tertib, khususnya saat membahas pasal 14 tentang pimpinan sidang dan pasal 19 tentang pemilihan Rais Aam melalui musyawarah Allul halli wal aqdi (Ahwa).
Beberapa kejadian itu sempat memunculkan rasa khawatir, gelaran muktamar akan terus deadlock dan makin panas serta tidak karuan.
Bahkan ada kekhawatiran muktamar akan molor dari jadwal yang ditetapkan semula.
Ternyata hal itu tidak terjadi.
Setelah pasal Ahwa disetujui, semua berjalan lancar, tertib, dan terjadi harmoni hingga gelaran pesta demokrasi Kaum Nahdliyin itu resmi ditutup oleh Rais Aam terpilih pada Kamis dini hari.
KH Ishomudin, Syuriah PBNU Demisioner mengatakan memang orang luar banyak yang tidak paham dan hanya melihat kulitnya saja gelaran muktamar NU.
NU punya faktor penentu yang tidak dimiliki organisasi lain. Yakni, Syuriah dan para Kiai Sepuh Pinilih yang fatwanya benar-benar ditaati.
"Makanya semua akhirnya kechelik (terkecoh). Muktamar yang awalnya mirip gegeran (berkelahi), pada akhirnya terjadi ger-geran (tertawaan)," tegasnya.
Hal itu, lanjut Kiai Ishomudin, karena NU selalu punya solusi untuk mengatasi semua permasalahan yang sedang dihadapi.