Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Tolak Linu, Tolak Angin Care, dan Kuku Bima RTD Diluncurkan

Bagi produsen juga harus kreatif untuk mengembangkan produknya. Di segmen jamu, pasar saat ini sudah memilih mana produk terbaik

Editor: Budi Prasetyo
zoom-in Tolak Linu, Tolak Angin Care, dan Kuku Bima RTD Diluncurkan
surya/sugiharto
Dirut PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul, Irwan Hidayat bersama Komisaris, Johan Hidayat berdialog disela-sela peluncuran tiga produk terbaru yaitu, tolak linu herbal, tolak angin herbal dan tolak angin care di Hotel Pullman Surabaya, Jumat (28/8/2015) malam. 

TRIBUNNEWS.COM.SURABAYA - Melonjaknya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tidak membuat industri jamu khawatir karena bahan baku dan penjualan terbesar banyak menggunakan rupiah dan pasar lokal.

"Industri jamu pasarnya banyak lokal. Bahan baku juga lokal. Tidak banyak pengaruh pada dolar AS," jelas Irwan Hidayat, Direktur Utama (Dirut) PT Sidomuncul Tbk, saat temu penjual grosir di Surabaya, Minggu (30/8/2015).

Menurutnya, saat ini yang diperlukan adalah bagaimana menaikkan daya beli masyarakat. (Baca juga Tantri Kotak Jadi Brand Ambassador Tolak Linu Sidomuncul)

Bukan dari memberi mereka pendapatan, tapi bagaimana masyarakat tetap membeli produk sesuai kebutuhan. Kalau butuh berapapun akan tetap dibeli.

Bagi produsen juga harus kreatif untuk mengembangkan produknya.

Di segmen jamu, pasar saat ini sudah memilih mana produk terbaik. Karena itu, Sidomuncul, lanjut Irwan, terus melakukan ekspansi produk.

Dalam temu grosir di Surabaya ini, Sidomuncul meluncurkan tiga produk baru.

Berita Rekomendasi

Yaitu Tolak Linu cair kemasan sachet, Tolak Angin Care, dan Kuku Bima RTD siap minum kemasan botol plastik.

"Ini merupakan hasil pengembangan produk baru. Investasinya tidak besar, sekitar Rp 150 juta saja," jelasnya.

Terkait bahan baku lokal, Irwan mengakui pihaknya sangat tergantung dengan para distributor yang memasok bahan dari para petani.

"Jatim ini banyak juga yang memasok bahan baku jamu. Pasar juga bagus. Sehingga kami melihat Jatim ini pasar yang sangat potensial," lanjutnya.

Dengan agresif mengembangkan produknya, Sidomuncul berharap ada peningkatan laba, setelah di semester I tahun 2015, peningkatan laba hanya 1,9 persen.

"Kecil karena memang sulit. Semester II, tinggal dilihat saja nanti. Saya tidak ada prediksi," lanjut Irwan.

Tags:
Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas