159 Desa di Bali Terjangkit Virus Rabies
Kini tercatat di Bali sudah ada 159 desa yang terjangkit rabies.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, NEGARA - Kini tercatat di Bali sudah ada 159 desa yang terjangkit rabies. Kondisi ini tentu cukup mengkhawatirkan, mengingat rabies merupakan virus mematikan bagi manusia.
Sebelumnya tercatat sepanjang enam bulan pertama di tahun 2015 ada 155 desa se-Bali yang telah terjangkit rabies.
"Ini disebabkan karena banyak pemilik yang meliarkan anjingnya dan anjingnya itu dibuang di hutan-hutan dan itu tidak divaksin," jelas Sumantra.
Bahkan daerah kawasan wisata pun telah terjangkiti rabies hampir di seluruh Bali. Termasuk kawasan Ubud, Gianyar, dan juga Kuta, Badung.
Jumlah warga yang meninggal akibat gigitan anjing rabies di Bali juga cukup besar, dan trendnya meningkat tajam di tahun 2015.
Pada tahun 2013, hanya ada satu kasus dan tahun 2015 menjadi dua kasus. Namun pada 2015 hingga Agustus, korban kematian akibat rabies sudah mencapai angka 14.
Kabupaten Buleleng masih menjadi daerah paling banyak kasus kematian rabies, yakni lima orang. Disusul Karangasem tiga orang, Klungkung 2 orang, kemudian Bangli, Gianyar, Tabanan, dan Badung masing-masing satu orang.
Sementara dua kabupaten lainnya, Jembrana dan Denpasar, nihil korban meninggal akibat rabies.
Korban terakhir meninggal akibat rabies adalah I Wayan Ranti. Pekak asal Banjar Abyan Soan, Desa Bungaya, Bebandem, Karangasem ini menghembuskan napas terakhirnya, Sabtu (29/8/2015) malam di RSUP Sanglah.
Ia terkena rabies setelah digigit anjing kesayangannya yang dipelihara di rumahnya.
Kembali maraknya kasus serangan anjing rabies tentu menjadi peringatan bagi warga dan juga pemerintah Provinsi Bali.
Apalagi sebelumnya di Bali sempat terjadi krisis Vaksin Anti-Rabies (VAR) hingga menelan banyak korban.
Namun Dinas Kesehatan Provinsi Bali memastikan masalah VAR sudah teratasi.
Dinkes Bali mengklaim stok VAR di Bali sekarang mencapai 16.000 vial sehingga masih aman hingga tiga bulan ke depan.
"Jika dilihat dari rata-rata gigitan hewan penular rabies di Bali, jumlah VAR tersebut masih mencukupi hingga 2 hingga 3 bulan kedepan," ujar Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, dr I Ketut Suarjaya.
Selain untuk stok di Dinkes Bali, pihaknya juga menjelaskan jika 16.000 vial VAR tersebut juga sebagai cadangan jika di kabupaten/kota mengalami kelangkaan VAR.
"Apabila stok VAR di kabupaten/kota sudah berkurang atau mulai menipis diharapkan segera melakukan koordinasi dengan dinas kesehatan Provinsi Bali. Sehingga, kami nantinya dapat redistribusikan VAR, baik dari dinkes atau dari kabupaten yang stoknya masih banyak," ujar Suarjaya.
Masyarakat bisa mendapatkan VAR di Rabies Centre yang tersebar di sembilan kabupaten/kota di Bali. VAR tersebut tersedia di seluruh rumah sakit umum daerah dan puskesmas.