DS Tak Kuasa Terbuai Bujuk Rayu: Di Rumah Dinas Kami Berhubungan Beberapa Kali
gadis 18 ini hanya bisa menyesali tindakanya menyerahkan keperawanannya pada seorang lelaki berinisial IR (22) di luar hubungan resmi.
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, PEKANBARU - DS, gadis 18 ini hanya bisa menyesali tindakanya menyerahkan keperawanannya pada seorang lelaki berinisial IR (22) di luar hubungan resmi.
Sampai usia anaknya delapan bulan, lelaki yang awalnya menjanjikan akan menikahinya itu malah tidak tahu rimbanya.
Jadilah DS kini merawat anak hasil hubungannya dengan IR tersebut seorang diri.
Tidak hanya tertekan secara psikologis, DS juga harus menanggung segala kebutuhan si kecil yang kini sudah pandai merangkak itu.
Karena termakan bujuk rayu dan saking percaya dengan IR yang mantan honorer di Dinas Perikanan Provinsi Riau itu, kini DS hanya bisa berharap polisi secepatnya menghadirkan IR. Pasalnya sejak diketahui hamil dari hubungan mereka berdua, IR sudah tidak menampakkan mukannya lagi.
"Saya dirayu. Saya dikatakan manis. Sampai akhirnya diajak ke tempat tinggalnya di perumahan dinas perikanan Jalan Pattimura," ujar Cerita DS di hadapan penyidik PPA Polresta Pekanbaru, Selasa (15/9/2015) saat melaporkan peristiwa yang dialaminya.
Menurut DS, ia awal kenal dengan IR tahun 2011 silam. Komunikasi terus berlanjut sampai tahun 2014. DS yang saat itu baru berusia 16 tahun hanya mengikuti saja apa yang dimintakan oleh IR. Termasuk bercinta layaknya suami istri.
Sekuat ia menolak, rayuan, bujukan sampai janji IR yang akan melamarnya, akhirnya mementahkan semua itu. Bahkan mereka bercinta hingga beberapakali.
"Di rumah dinas itu, kami berhubungan beberapa kali. Mulai tanggal 13, 15 dan terakhir 18 April 2014. IR selalu menjajikan akan menikahi saya, " ujar DS.
Namun, janji tinggallah janji. Mengetahui DS berbadan dua, IR masih sempat menjanjikan akan menikahinya. Namun, ketika dijabang bayi lahir, IR menghilang ditelan bumi. "Terakhir saya tahu dia honorer di Dinas perikanan," ucapnya.
DS masih mengingat bagaiman dasyatnya bujuk rayu DS. Dengan menyebutkan honorer di Dinas Perikanan Provinsi Riau, IR terus berupaya mendekati DS. Bahkan DS pun sampai rela memberikan keperawanannya pada IR.
"Saya diajak kerumah dinas itu pada malam hari. Disana kami melakukan hubungan tersebut. IR sellau menjanjikan akan menikahi saya. Bahkan ketika saya khawatir hamil, IR masih berupaya meyakinkan saya, " ujarnya.
Namun, itu semua hanylah janji palsu dari IR. Kini DS sudah memiliki anak dari hubungan yang dilakukan. Anak perempuan yang kini tidak berbapak sejak lahirnya.
Hubungan DS dan IR dimulai sejak mereka berdua berkenalan lewat jejaring sosial facebook tahun 2011 silam IR yang melihat foto DS langsung kepincut. IR juga dengan gigih merayu DS.
Awal kenalan saja, IR sudah merayunya dengan sebutan cantik, manis. Bahkan IR menyebutkan dS lebih cantik yang aslinya (yang dilihat langsung oleh IR ketika keduanya bertemu).
Karena saat itu DS masih seumuran anak baru gede (ABG), jadilah bujuk rayu tersebut membuatnya semakin berbunga-bunga.
Dari perkenalan dari facebook itu, keduanya kemudian terus menjalin komunikasi. Sampai akhirnya keduanya bertemu. Cukup lama hubungan pacaran dijalan. Sampai tahun 2014 IR kian melancarkan rayuannya untuk menikahi DS.
Itu dilakukan IR ternyata hanya untuk bisa menyetubuhi DS. Usaha IR berhasil. DS yang diajaknya datang kerumah dinas, kemudian bermalam dirumah tersebut. Disanalah IR dengan mudahnya menyetubuhi DS yang sudah tidak berkutik karena angan-angan yang indah.
Kasat Reskrim Polresta Pekanbaru AKP Bimo Arianto menyebutkan, pihaknya terus mendalami kasus pencabulan tersebut. Menurutnya, jika melihat dari kejadian awal, IR telah melakukan pencabulan terhadap anak dibawah umur.
"Kita akan terus dalami laporan tersebut. Kita akan cari petunjuk untuk mendapatkan pelaku. Sejauh ini keterangan dari korban sudah kita minta, " terangnya.
Menurut Bimo, peristiwa yang dialami DS menjadi pelajaran bagi para orangtua agar lebih mawas pada anaknya. Sebab, dari pergaulan yang tidak terkontrol kadang anak mengambil keputusan sendiri.
"Tak jarang keputusan yang diambil justru menjerumuskan anak tersebut. Padahal jika saja orangtuanya mawas dan selalu berkomunikasi, tentu akan bisa diminimalisir.