Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Gara-gara Facebook Nenek Renta yang Ditelantarkan Anak Kandung Tak lagi Sengsara

Sebelumnya rumah Mbah Simpen yang ada di Desa Tapan, Kecamatan Kedungwaru, Kabupaten Tulungagung sangat tidak layak huni.

Editor: Robertus Rimawan
zoom-in Gara-gara Facebook Nenek Renta yang Ditelantarkan Anak Kandung Tak lagi Sengsara
suryamalang.com
Rumah Mbah Simpen, nenek yang hidup sebatangkara, kini sudah layak huni. 

TRIBUNNEWS.COM, TULUNGAGUNG - Mbah Simpen (80), nenek sebatangkara yang tinggal di gubuk reyot kini bisa tersenyum lega. Karena rumahnya sudah direhab para relawan sehingga menjadi layak huni.

"Ada beberapa kelompok relawan dan perkumpulan komunitas yang bergotong royong melakukan bedah rumah Mbah Simpen," ungkap Arif, salah satu relawan kepada Surya, Sabtu (26/9/2015).

Sebelumnya rumah Mbah Simpen yang ada di Desa Tapan, Kecamatan Kedungwaru, Kabupaten Tulungagung sangat tidak layak huni.

Lantainya dari tanah dan dindingnya dari sesek yang sudah bolong-bolong.

Setelah dilakukan bedah rumah, kini rumah mungil ukuran 2 x 3 meter itu sudah berlantai plester semen.

Tembok bawah juga dibuat dari batako dan dinding dari sesek diganti dengan triplek.

Kondisi rumahnya sendiri sudah bersih dan lebih layak huni. Mbah Simpen yang sebelumnya tidur di tikar lusuh, kini sudah tidur dengan kasur busa berikut bantalnya yang empuk.

Berita Rekomendasi

Di dalam rumahnya juga banyak tertumpuk sembako bantuan dari para relawan dan dermawan yang bersimpati dengan penderitaannya.

Beberapa di antaranya beras ada tiga sak, dua kardus mie instan dan beberapa kaleng biskuit.

Rumah yang sebelumnya kumuh kini terlihat bersih serta berpintu.

Mbah Simpen sendiri kondisinya juga lebih terawat karena luka di telapak kaki kirinya telah dibungkus kain perban yang bersih.

Padahal sebelumnya rumah Mbah Simpen sangat kumuh. Termasuk Mbah Simpen sendiri jarang mandi.

"Ada saja relawan yang datang hanya sekedar membantu Mbah Simpen mandi," ungkapnya.

Menurut Arif, bedah rumah Mbah Simpen dibantu donatur dari perkumpulan komunitas jeep.

Para relawan komunitas jeep itulah yang memperbaiki dengan memasang plester dan batu batako.

Sedangkan relawan lainnya membantu memberi sembako dan kebutuhan sehari-hari.

"Sejak kasusnya dimuat di koran dan disebarkan melalui Facebook simpati banyak berdatangan," tambahnya.

Arif menyesalkan peran aparat pemerintah setempat yang terkesan sangat lambat dalam bertindak.

"Banyak donatur yang sudah mulai membantu, aparatnya masih mau mendata untuk diusulkan dapat bantuan," ungkapnya.

Kehidupan Mbah Simpen sendiri juga tampak lebih sehat karena mendapatkan asupan gizi yang cukup.

Selain sembako juga ada yang membelikan susu dan makanan suplemen lainnya.

Diberitakan sebelumnya, kisah Mbah Simpen nenek yang hidup sebatangkara mengetuk hati para dermawan.

Satu-satunya anak kandungnya yang merantau ke Kalimantan sudah 10 tahun lebih tidak pernah lagi menjenguk ibunya.

Sebelumnya kehidupan Mbah Simpen juga kurang terawat dan jarang mandi.

Termasuk luka di telapak kakinya hanya diobati dengan serbuk obat puyer serta dibalut kain kumal.

Sriyanah salah satu tetangga Mbah Simpen mengaku obat puyer rupanya cocok untuk mengobati sakit luka di kaki.

"Kalau badannya terasa sakit hanya minta dibelikan obat puyer," tambahnya. (*)

Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas