Kader Mahasiswa Diingatkan Agar Ikut Jaga Toleransi
Menurutnya ada tiga poin yang perlu dilakukan menjaga toleransi berbangsa, yaitu terus berinteraksi, berani berdialog, dan mampu menemukan titik temu
Editor: Yudie Thirzano
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Beberapa pemimpin organisasi mahasiswa yang tergabung dalam "Kelompok Cipayung" kembali menyerukan agar para kader menjaga keutuhan bangsa dengan bertoleransi.
Keragaman budaya, agama dari aneka suku, agama dan antargolongan di Indonesia harus dijadikan sebagai kekayaan bersama untuk lebih merekatkan kesatuan Bangsa Indonesia.
Hal itu disampaikan dalam pertemuan dan diskusi bersamaan dengan Masa Perkenalan Anggota Baru Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Cabang Surabaya, Sabtu (26/9/2015) di Surabaya.
“Menghargai perbedaan di Indonesia adalah bentuk dari Nasionalisme” ujar Arnold Panjaitan Ketua GMKI Cabang Surabaya.
Ia juga mengatakan GMKI harus mempersiapkan kader untuk turut menjaga keutuhan NKRI. Apalagi melihat kondisi terkini yang marak terjadi kasus-kasus intoleran.
Bonafasius Yosdan, Presidium Germas PMKRI (Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia) Surabaya mengatakan, nasionalisme tidak memandang perbedaan latarbelakang suku, agama maupun ras.
"Mengenai intoleransi yang terjadi di Indonesia, itu hanya agenda sekelompok orang yang memiliki niat terselubung untuk merubah ideologi Bangsa," ujarnya.
Menurutnya ada tiga poin yang perlu dilakukan dalam menjaga toleransi berbangsa, yaitu terus berinteraksi, berani berdialog, dan mampu menemukan titik temu akan semua persoalan yang dihadapi Bangsa Indonesia.
Hal serupa juga disampaikan M Ageng Dendi Setiawan, Sekjen DPC GMNI Surabaya.
Ia mengatakan nasionalisme yang sudah dibangun oleh pendiri bangsa harus dilestarikan dan diperkuat untuk kedaulatan NKRI.
Pertemuan itu diakhiri dengan menyanyikan lagu “Indonesia Tanah Air Beta” sebagai bentuk cinta tanah air dan komitmen bersama-sama untuk memperbaharui kualitas kader demi menjaga keutuhan NKRI.