Wagub Aceh Dinobatkan Sebagai Umar bin Khattab Akhir Zaman
Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja) merapatkan diri mendekati panggung di kompleks makam Syekh Abdurrauf As-Singkily
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM - MASSA Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja) merapatkan diri mendekati panggung di kompleks makam Syekh Abdurrauf As-Singkily (Syiah Kuala) di Gampong Deah Raya, Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh, Kamis (1/10/2015).
Saat itu zikir dan parade masyarakat Aceh pecinta Aswaja hampir dimulai.
Bahkan massa sudah diperintahkan untuk duduk dengan mengambil tempat memenuhi panggung utama.
Jalan menuju panggung juga dipenuhi massa, sehingga cukup sulit untuk melangkah. Dari kejauhan, di arah pintu gerbang, terlihat ada rombongan menuju ke arah panggung, pukul 09.40 WIB.
Panitia di atas panggung menyerukan melalui mikrofon agar memberi jalan karena Wakil Gubernur Aceh, Muzakir Manaf sudah datang.
Mendengar nama yang tak asing di telinga tersebut, mata puluhan ribuan orang terarah ke sosok yang sudah berjalan dikawal ketat petugas dari massa Aswaja, termasuk pengawal internal yang berpeci dan berbaju koko.
Muzakir terlihat memakai peci hitam, baju koko putih, dan celana hitam. Orang-orang yang semula sudah duduk bangkit dan berdiri untuk melihat pria ganteng yang akrap disapa Mualem ini.
Ada juga yang mengabadikan kedatangannya dengan kamera. Petugas keamanan dari Aswaja cukup sibuk meminta kepada jamaah yang hadir memberi jalan.
Wagub sesekali tersenyum dan juga melihat ke bawah akibat tak leluasa berjalan, seperti di tempat terbuka.
Akhirnya, Mualem bisa mencapai panggung. Ia duduk bersisian dengan ulama Aceh, pejuang Aswaja.
Suara massa pun terdengar membahana. Ada yang memanggil nama Mualem, ada yang terus berselawat dan meneriakkan, “Allahu Akbar.”
Mereka gembira melihat Mualem, mengingat aksi sebelumnya yang gagal.
Saat itu santri mendatangi pendapa karena ingin meminta kesediaan Gubernur Zaini Abdullah menandatangani 13 petisi (penyataan sikap) yang diajukan massa Aswaja, Rabu (10/9).
Tapi massa yang tertahan di pintu masuk Pendapa Aceh gagal bertemu Gubernur Zaini Abdullah.
Tapi sekarang eranya berubah. Zaini sedang naik haji, tampuk pimpinan Aceh berada di tangan Mualem.
Setibanya Mualem di lokasi acara langsung diawali dengan pembacaan Alquran dan selawat oleh Tgk Abdurahman.
Ada juga orasi dari para teungku yang meminta agar aspirasi Aswaja didukung Pemerintah Aceh.
Tibalah giliran Waled Husaini Seulimeum dari unsur Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA). Ia mengatakan bahwa aspirasi yang disampaikan sebelumnya tentang Aswaja belum terwujud.
Tapi hari ini akan disampaikan sendiri oleh Wakil Gubernur Aceh yang sehari dua lagi memegang tampuk kepemimpinan negeri (sebagai Plt Gubernur Aceh).
Dua hari lagi akan duduk kembali sebagai Wakil Gubernur Aceh.
“Tapi hari ini atas petunjuk Allah Swt dengan hidayah Allah yang tak bisa dilangkahi, dengan tangan yang mulia dengan semangat Singa Asadullah (singa Allah -red), inilah lahirnya Umar bin Khattab akhir zaman yang siap menerapkan Ahlussunnah wal Jama’ah di Nanggroe Aceh bermazhab Syafi’i.
Insya Allah siat teuk soe yang angkat jaroe (sebentar lagi akan angkat tangan/tanda tangan),” ujar Waled sambil memalingkan badan ke kanan dengan jari tangan terbuka rapat mengarah ke Mualem.
Massa Aswaja ada yang berteriak Allahu Akbar, ada juga yang menyebut nama Mualem. Mantan panglima GAM itu terlihat tersenyum atas ungkapan itu.
“Saya tidak bicara ini atau itu, nanti lihat saja siapa yang tanda tangan, itulah Umar bin Khattab akhir zaman. Insya Allah akan dibangun Aceh ini,” ujar Waled.
Menurut Waled, masalah tindak lanjut setelah tanda tangan tersebut pihaknya tak paham lagi. Soal qanun ini dan itu diserahkan saja kepada yang lebih paham.
Pihaknya berharap setelah ditandatangani, aspirasi itu harus jalan. Mudah-mudahan cukup dengan ‘Umar bin Khattab’ akhir zaman.
“Nanti begitu jari sudah dimainkan (diteken) kita baca Wa qul ja’al haqqu wa zahaqal batil, pada hari inilah datang kebenaran, hancurkan segala bentuk kezaliman. Insya Allah Ahlussunnah wal Jama’ah berjaya di Aceh,” ujarnya.
Ternyata setelah selesai orasi para teungku, kemudian 13 orang dipanggil untuk bertawasul (hening cipta) di makam Syiah Kuala.
Mualem yang ikut serta akhirnya menandatangani tuntutan Aswaja. Maka penobatan gelar Umar bin Khattab akhir zaman kepada Mualem oleh Waled Husaini pun menjadi ‘sah’. Mualem tak menampiknya.
Seperti diketahui, julukan Asadullah (Singa Allah) pernah diberikan Rasullah kepada Hamzah bin Abdul Muthalib akibat jasanya terhadap Islam.
Gelar itu diberikan kepada Hamzah setelah ia syahid dalam Perang Uhud. (adi)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.