Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ben Mboi di Mata Sahabat

Tangis Ben Mboi sangat pilu saat mengunjungi desa-desa yang dulu penuh tanaman-tanaman yang ditanam habis

Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Ben Mboi di Mata Sahabat
24hoursworship.com
Ben Mboi 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Tangis almarhum Brigjen (Purn) Aloysius Benedictus Mboi, dikenal dengan sapaan Ben Mboi pecah saat melihat pabrik pupuk di tanah kelahirannya kini ditutup. Pun ketika dia menyaksikan embung-embung yang dibangunnya itu menjadi kering.

Bahkan, tangis Ben Mboi sangat pilu saat mengunjungi desa-desa yang dulu penuh tanaman-tanaman yang ditanam habis tak bersisa akibat kekeringan.

Demikian dikisahkan sahabat Ben Mboi sejak kuliah dan Pemikir Sosial, FX Bambang Ismawan mengenang sosok Pria kelahiran Ruteng, Manggarai, Flores, NTT, 22 Mei 1935 silam itu.

Ketika itu Ben Mboi sudah purna tugas dati jabatan sebagai Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT). Tepatnya, peristiwa itu terjadi lima tahun lalu, kenang Bambang, saat dalam peluncuran buku karya almarhum berjudul “Ben Mboi – Percikan Pemikiran Menuju Kemandirian Bangsa”, di Bentara Budaya Kompas Gramedia Jakarta Jumat (16/10/2015).

"Saya melihat pak Ben Mboi menangis," kenangnya.

Bahkan, suatu ketika bertemu Ben Mboi yang baru saja pulang dari kampung halamannya, Manggarai Flores, ia juga berkelih kesah mengenai berkurangnya pohon Ampupu di Kampungnya.

Dulu ketika dia menjadi Gubernur NTT (1978-1988) , ia menggalakkan gerakan masyarakat yang dikenal sebagai Operasi Nusa Hijau (ONH). Kala itu bisa dikatakan di seluruh NTT pepohonN dan tanaman tumbuh subur dan selalu dijaga kelestariannya.

Berita Rekomendasi

Hal itu, menurut Bambang, sebagaian bentuk kecintaaannya kepada NTT. Baik sebagai dokter, sebagai prajurit dan pamong praja yang begitu konsisten, sungguh luar biasa cita-citanya terhadap kemandirian dan kesejahteraan Flores.

"Pak Ben begitu bangga sebagai orang Flores," ujarnya mengenal sahabat yang sudah dikenalnya sejak mahasiswa.

Sosok Ben Mboi bukan saja hebat di pemikiran. Tapi luar biasa beraninya.

Saat itu, ketika Presiden kedua RI, Soeharto yang saat itu menjabat Panglima Operasi Mandala. Soeharto menantang sejumlah pasukab RPKAD, termasuk Ben Mboi.

Ketika itu Ben Mboi menjadi anggota pasukab "Operasi Naga" yang akan diterjunkan di Merauke. Kepada para pasukan, Soeharto katakan, "sebelumnya ada 100 persen orang yang diterjunkan ke Merauke mati. Angkatan kalian ini 60 persen meninggal dan hanya 40 persen kembali. Saya beri satu menit kepada kalian, mau terus atau mundur?"

Ternyata Ben Mboi tidak mundur dan hidup. "Dan Ben Mboi dalam permenungannya mengatakan saya tidak bisa membayangkan mentap pacar dan isteri saya, kalau saya pulang dan tidak berani terjun. Lebih baik menyongsong kematian, daripada terjun. Saya terjun di Merauke. Dan Ben selamat," tuturnya.

Berselang tahun, Ben Mboi diberikan amanah untuk memimpin NTT. Ya, sepuluh tahun dari 1978-1988, Ben Mboi bertugas melayani masyarakat NTT, agar bisa mandiri dengan kekuatannya sendiri.

Selama sepuluh tahun memimpin NTT, Ben Mboi telah melaksanakan beberapa Program Pembangunan NTT, seperti Dana Kesehatan Rakyat (DKR), Operasi Nusa Makmur (ONM), Operasi Nusa Hijau (ONH), Panca Warsa Benah Desa dan lain-lain. Kita perlu mengetahui sepak terjang Ben Mboi ketika melaksanakan kegiatan ONM, ONH dan Panca Warsa Benah Desa.

Oleh karena itu, Ben Mboi sebagai Gubernur NTT kala itu (periode 1978-1988) adalah orang yang paling bertanggung jawab dalam hal memberikan jaminan kemakmuran dan kesejahteraan bagi rakyat NTT. Kemudian dia dan jajaran pemerintah daerah yang ada di NTT ketika itu bersama masyarakatnya melaksanakan program ONM, ONH dan Panca Warsa Benah Desa.

Bahkan, menurut temannya yang kini duduk sebagai Wakil Ketua Fraksi Partai NasDem DPR RI, Johnny G Plate, totalitas Ben Mboi untuk NTT tidak diragukan.

"‎Saat dia jadi gubernur. Ada istilah antara panggilan tugas dan cinta. Mben Mboi pada saat panggilan tugas dan conta dia memilih panggilan tugaa. Dia meninggalkan keluarga anak-anaknya yang sekolah di Jakarta. Dan memilih untuk dekat rakyat NTT," kisah politisi NasDem ini.

"Role model ini harus diikuti generasi penerusnya. Pada saat anak sakit dan masyrakat, kembali kepada anak tapi tetap mengurus maayarakat. Bawa istri anak untuk di masyarakat," tambahnya.

Menurut Mantan Menteri Negara Otonomi Daerah, M Ryaas Rasyid yang turut membedah buku Ben Mboi, suami dr Nafsiah Mboi, mantan Menteri Kesehatan era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini, sebagai seorang pemimpin yang kuat sekali karakter kepemimpinannya dan percaya diri.

Kelaparan dan kemiskinan, disadari Ben Mboi sebayai tantangan untuk mensejahterakan masyarakat NTT.

"Beberapa kekecewaannya. Pertama, industrilisasi. Dia sangat ingin Semen Kupang membawa bendera industrilisasi di NTT. Karena melalui industrilisasi bisa dengan cepat membawa NTT cepat maju."

"Karena tidak semua tanah subur. Sayang sekali impian beliau untuk industrilisasi tidak diteruskan para penerusnya sebagai Gubernur. Itu sangat diseslkan oleh beliau. Kenapa ide-ide yang sudah baik dan jalan tidak dilanjutkan," ujar Mantan menteri otonomi ini berkisah tentang Ben Mboi.

Bagi sahabat akrab Ben Mboi dan Nafsiah Mboi, Harry Tjan, yang pengamat politik dan salah satu pendiri Centre for Strategic and International Studies (CSIS), hebatnya Gubernur NTT selama sepuluh tahun itu adalah menyiapkam dan belajar betul atas tugasnya.

"kalau dapat tugas, itu dipelajari, studi literatur, kemudian terkahir menyusun naskah akademisnya. Ben Mboi selalu membaca dan selalu memberi alasan," tegasnya.

Bukan itu saja, saat Ben Mboi purna tugas, tepatnya lima tahun terakhir masa hidupnya, Bambang dan sahabatnya berkesempatan pergi ke Flores. Menginap satu minggu di suatu desa, namanya Mukut.

Ben Mboi Dsangat ingin masyarakat NTT bisa mandiri dengan kekuatannya sendiri.

Karena itu, Ben Mboi dan sejumlah rekan mendirikam sahabat Flobamora yang bertujuan menyisihkan rezeki di tanah rantau untuk pembangunan NTT.

"Ini diinspirasi orang Minang, diamana perantau dari Minang, selalu menyisihkan sesuatu untuk Minang. Kami membangun itu untuk pembanguanan NTT," tandasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas