Gantung Diri di Bantul Meningkat Signifikan, Karena Masalah Ekonomi Hingga Putus Cinta
Kurangnya daya tahan korban terhadap permasalahan hidup didiuga menjadi faktor penyebab banyaknya bunuh diri.
Editor: Wahid Nurdin
Laporan Reporter Tribun Jogja, Anas Apriyadi
TRIBUNNEWS.COM, BANTUL - Jelang akhir tahun, angka kasus gantung diri di Kabupaten Bantul, Yogyakarta tercatat mengalami peningkatan signifikan.
Kurangnya daya tahan korban terhadap permasalahan hidup didiuga menjadi faktor penyebab banyaknya bunuh diri.
Kasus bunuh diri terakhir terjadi pada Senin (26/10/2015) lalu di Sindet, Trimulyo, Jetis dimana seorang pemuda berusia 20 tahun gantung diri di kamarnya.
Kaur INAFIS Polres Bantul, Aiptu Tono Wibowo mengungkapkan pada tahun 2015 ini terdapat 11 kasus gantung diri, dimana enam di antaranya terjadi pada dua bulan terakhir.
"Bulan Oktober saja ada empat, kebanyakan korbannya sudah tua dan sakit-sakitan, usia 55 ke atas, yang muda hanya beberapa," tururnya pada Kamis (29/10/2015).
Jumlah tersebut belum termasuk jenis bunuh diri lain seperti menggorok leher sendiri dan terjun dari jembatan yang juga ditemukan di Bantul pada tahun ini.
Meski begitu menurutnya modus terbanyak memang berupa gantung diri.
Faktor permasalahan ekonomi karena penyakitmenurutnya banyak menjadi pemicu khususnya pada korban yang sudah berusia tua, meski begitu ada juga penyebab bunuh diri karena putus cinta pada korban yang masih berusia muda.
"Kebanyakan yang tua sakit-sakitan akhirnya jadi faktor ekonomi, ketika sakit walau ditanggung pemerintah masih wara-wiri menyibukkan saudara-saudaranya akhirnya jadi pemicu," katanya.
Mengenai banyaknya kasus bunuh diri dengan modus gantung diri, psikolog dari Lembaga Psikologi dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (LPPSDM) AKSITA, Lucia Peppy Novianti, mengungkapkan dalam sebuah riset memang dijelaskan banyak di antara pelaku bunuh diri memang lebih memilih jalan dengan gantung diri karena tidak ingin melewati rasa sakit yang dialami.