Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Awal Musim Hujan di Yogyakarta Ada 3 Periode, Waspadai Angin Kencang

Karena masih masuk pancaroba itu pula sangat dimungkinkan terjadi angin kencang yang berasal dari awan Cumulonimbus (cb) yang harus diwaspadai

Editor: Wahid Nurdin
zoom-in Awal Musim Hujan di Yogyakarta Ada 3 Periode, Waspadai Angin Kencang
TRIBUN PONTIANAK/DESTRIADI YUNAS JUMASANI
ILUSTRASI 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Khaerur Reza

TRIBUNJOGJA.COM, JOGJA  -  Delapan pohon tumbang dan atap sebuah rumah beterbangan di Piyungan Bantul, Kamis (12/11/2015) siang akibat hujan dan angin kencang yang melanda Yogyakarta beberapa hari terakhir.

BMKG meminta warga tetap waspada karena saat ini musim pancaroba, yang ditandai dengan angin kencang masih berlangsung dan sudah mulai masuk wilayah Kota Yogyakarta dan Bantul.

Koordinator Operasional Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta, Joko Budiono, mengatakan bahwa di Yogyakarta awal musim hujan ada tiga periode.

Perode pertama, Sleman dan Wates masuk terlebih dulu. Namun meski 10 hari ini sudah hujan tapi masih pancaroba, akhir November nanti diperkirakan sudah musim hujan.

"Lalu berlanjut ke Bantul dan Kota Yogyakarta terakhir baru Gunungkidul yang diperkirakan hujan turun Desember. Jadi saat ini pertumbuhan awan ada di Sleman Wates Kota dan sebagian Bantul," jelas 

Karena masih masuk pancaroba itu pula sangat dimungkinkan terjadi angin kencang yang berasal dari awan Cumulonimbus (cb) yang harus diwaspadai oleh masyarakat.

Berita Rekomendasi

Angin cb biasanya paling sering muncul di sore hari dengan ciri-ciri awan hitam gelap pekat disertai kilat.

Awan Cb inilah yang nantinya akan menghasilkan angin kencang yang turun ke permukaan bumi.

Dia menjelaskan, bahwa tidak semua angin kencang itu bisa menjadi puting beliung.

"Jadi awan cumulonimbus kemungkinan besar akan menghasilkan angin kencang tapi tidak selalu angin kencang itu menjadi puting beliung," jelasnya.

Menurutnya, puting beliung yang sering muncul di Indonesia biasanya hanya berukuran kecil dengan diameter 1-5 meter serta hanya berada dalam satu lokasi yanh lokal namun tetap harus diwaspadai.

"Makanya kita sangat susah untuk memprediksi puting beliung itu karena sangat kecil dan lokal, kita hanya bisa memprediksi munculnya awan cumulonimbus dan kemungkinan angin kencang," terusnya.

Dia juga menambahkan tidak semua pohon roboh disebabkan oleh adanya angin kencang karena banyak faktor seperti pohon yang tua, tanah yang gembur karena dihujani pasca musim panas dan lainnya.

Yang pasti dia menghimbau masyarakat selalu waspada bila awan cumulonimbus sudah mulai terlihat di langit.

"Kita juga selalu berusaha memberikan peringatan kalau kita memantau kemungkinan adanya cuaca ekstrim," pungkasnya. 

Sumber: Tribun Jogja
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas