Miris Nasib Wanita Ini! Ditelantarkan RS, Tubuhnya Tinggal Tulang dan Kulit
Hagar Haki hanya tertidur dengan diselimuti selembar kain, dan sesekali menggerakkan tubuhnya sambil meringis kesakitan.
Editor: Rendy Sadikin
"Setelah operasi besar dilakukan, dua minggu kemudian, kondisi pasien malah memburuk karena benang jahitan operasi lepas. Akibatnya, Hagar dibawa ke lantai dua untuk dijahit ulang," kata dia.
"Satu minggu kemudian, jahitan itu terlepas lagi, dan dijahit kembali," ungkap Boki.
Pasca-jahitan ulang kedua, Boki melanjutkan, dokter kemudian mendiagnosis lagi. Hasilnya, menurut dokter, posisi sumber nanah belum teridentifikasi.
Dokter lantas membuat lubang pembuangan sementara di perut (kolostomi). Pembuatan lubang itu tidak diketahui oleh keluarga, dan hanya diketahui dan disetujui oleh suami Hagar.
"Tindakan kolostomi itu dilakukan dengan harapan, setelah kondisi pasien membaik, lubang itu akan ditutup. Namun, dalam rentang waktu dari Maret hingga akhir Oktober, pasien justru tidak ditangani dengan serius alias ditelantarkan," kata Boki.
Setelah menerima laporan dari keluarga, dia kemudian meminta kesempatan untuk berdialog dengan Direktur RSU WZ Johannes, sejumlah pejabat rumah sakit, dan para dokter.
Dari hasil pertemuan itu, pihak medis berkilah bahwa hal itu bukan malapraktik, dan pihak RS sudah melakukan penanganan medis dengan baik.
Perang argumen sempat terjadi antara Boki dan pihak rumah sakit. Namun, tetap tidak ada jalan keluar.
Ayah kandung Hagar, Otnial Haki (59), mengaku tidak mampu berbuat apa pun sebagai orang yang berpendidikan rendah.
"Kami ini orang susah, Pak, sehingga kami berharap kalau bisa anak kami ini sembuh dari penyakitnya," kata dia.
Sementara itu, Direktur RSU WZ Johannes Kupang, Dominikus Mere, yang dihubungi melalui telepon seluler tidak memberikan respons. Pesan singkat yang dikirim belum dibalas hingga berita ini ditayangkan.
KOMPAS.com/Kontributor Kupang, Sigiranus Marutho Bere