Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Dikira Biang Keringat Biasa, Seorang Balita Meninggal Akibat DBD

Demam Berdarah Dengue (DBD) telah merenggut satu korban jiwa di Sekadau, Kalimantan Barat.

Editor: Adi Suhendi
zoom-in Dikira Biang Keringat Biasa, Seorang Balita Meninggal Akibat DBD
Dikira Biang Keringat Biasa, Balita Asal Sekadau Hilir Meninggal Saat Dibawa ke Klinik TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/RIVALDI ADE MUSLIADI
Salahuddin menunjukkan foto putrinya bungsunya Aira Hilwa Syafiya (4) yang meninggal akibat DBD. 

TRIBUNNEWS.COM, SEKADAU - Demam Berdarah Dengue (DBD) telah merenggut satu korban jiwa di Sekadau, Kalimantan Barat.

Aira Hilwa Syafiya (4) balita asal desa Sungai Ringin kecamatan Sekadau Hilir meninggal dunia Jumat (4/12/2015) setelah tiga hari menderita demam tinggi.

Salahuddin (46) ayah dari Aira tampak sangat sedih saat Tribun menyambangi kediamannya yang berada di Jalan Merdeka Barat RT 14 RW 05 Nomor 100 desa Sungai Ringin kecamatan Sekadau Hilir, Sabtu (5/12/2015) sekitar pukul 17.00 WIB.

Aira harus menghebuskan nafas terakhirnya pada saat hendak dibawa ke dokter untuk diperiksa kondisinya.

“Kemarin siang sempat dibawakan ke dokter Manurung, tapi dokternya tidak ada jadi hanya dikasi obat saja. Habis ashar dibawa lagi ke klinik Anugerah, kata dokter disana saat diperiksa sudah meninggal,” ujar Salahuddin lalu mengusap air matanya yang menetes.

Dari penuturan Salahuddin, Aira menderita demam pada Selasa (1/12/2015) lalu.

Akan tetapi, ia bersama istrinya Endang Sariati (36) hanya merawat Aira di rumah, dan tidak menduga bahwa anak mereka menderita DBD.

Berita Rekomendasi

Pada awalnya, Salahuddin mengatakan dirinya tidak tahu bahwa anaknya mengalami DBD. Akan tetapi mengira hanya menderita sakit biang keringat.

“Kami kira hanya sakit kremut (biang keringat) karena ada bintik-bintik merahnya. Kami hanya beri air tawar, dan empat menurun panasnya. Jadi mama nya kira sudah baikan,” terangnya.

Menurut penuturan Eva Herlina (34) adik dari Endang Sariati yang ikut membawa Aira ke Klinik Anugerah, korban memang sudah tampak lemah dan pucat saat hendak dibawa berobat.

“Sebelum dibawa ke klinik, mamanya minta kawankan saya pergi bawa Aira. Saat itu, saya lihat dia (Aira) sudah lemah sekali, mukanya pucat dan saya sempat panik,” kisahnya.

Melihat kondisi Aira yang semaakin lemah, Eva histeris dan langsung menelpon suaminya untuk pulang dan membantu membawa Aira ke klinik menggunakan mobil.

Dalam perjalan menuju klinik, Eva beserta Endang sangat panik, karena Aira sudah sangat lemah dan terdengar ada ucapan bahwa Aira mengajak pulang tidak mau berobat.

“Dalam mobil, Aira sempat ngajak pulang. Mama mau pulang, beberapa kali dia ngucapkan itu,” ujar Eva menirukan kembali ucapan Aira.

Dalam kondisi panik, saat tiba di klinik Eva langsung membawa Aira kedalam untuk meminta bantuan kepada para perwatan untuk diperiksa.

Setelah mendapat pemeriksaan dokter di Klinik Anugerah, dokter mengatakan Aira sudah meninggal dunia.

“Dokter yang memeriksa biang kalau sudah meninggal, saat dipegang nadinya memang sudah tidak berdenyut lagi,” kata Eva. (Rivaldi Ade Musliadi)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas