Pohon Trembesi Bawa Ingatkan Pangdam Pattimura Semasa Sekolah Dasar
Kecintaannya dimulai sejak Doni duduk bangku SD. Dony kecil tak tega saat melihat sebatang pohon yang masih kecil harus punah karena tangan manusia
Penulis: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, MALUKU - Pangdam XVI Pattimura Mayor Jenderal TNI Doni Monardo sangat identik dengan pelestarian lingkungan, utamanya program penghijauan.
Di mana pun ditugaskan dan apapun jabatannya, ia selalu menggagas kegiatan penghijauan, mulai dari pembibitan hingga penanaman pohon.
Kecintaannya pada tanaman yang dia sebut sebagai "Emas Hijau" bermula ketika masih sekolah dasar di Aceh mengikuti dinas orangtuanya yang tentara.
Doni kecil tak tega saat melihat sebatang pohon yang masih kecil harus punah karena tangan manusia.
"Awalnya dari rasa tidak tega melihat pohon kecil yang hampir mati. Saya memindahkan tumbuhan kecil di dekat tong sampah yang hampir terbakar. Pohon itu kemudian saya pindah di halaman rumah dan akhirnya tumbuh besar sampai berbuah," kata Doni Monardo.
Ketika mulai bertugas sebagai Pangdam XVI Pattimura, Agustus 2015, program pertama Mayjen Doni adalah membuat pembibitan pohon di lahan seluas 2.000 meter persegi berlokasi di Desa Morella Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah.
Menanam pohon sejak masih tunas, kata Doni, sama saja dengan punya anak. Sejak bayi dirawat, dibesarkan, penuh kasih sayang, dan akan menjaganya dalam situasi apa pun.
Dengan demikian pastinya tumbuh rasa kasih sayang kepada mahluk Tuhan.
"Kalau rehabilitasi para teroris dengan cara melakukan pembibitan pohon, pasti mereka tidak akan tega membunuh sesama mahluk Tuhan, apalagi manusia," ujar Doni.
Kecintaan Doni pada pohon, khususnya jenis Trembesi terjadi saat dia menjadi komandan Brigif Linud-3/Kostrad, Kariango, Makassar pada tahun 2006.
Bekerja sama dengan Ony Gappa uang merupakan seorang tokoh penghijauan disana, dia sering berkecimpung untuk urusan menanam pohon trembesi di Makassar dan pembibitan masif diberbagai daerah.
Doni menyukai trembesi karena tajuk-tajuknya yang rindang.
Menurutnya, pohon ini besar sesuai dengan lahan terbukanya, tidak merusak bangunan atau badan jalan.
"Trembesi sudah ada sejak pemerintahan kolonial Inggris dan Belanda sejak 200 tahun lalu di berbagai negara, termasuk Indonesia. Hampir di semua bangunan peninggalan Belanda, seperti istana-istana dan kompleks-kompleks militer, di halamannya ada pohon trembesi," ujar Doni.
Lebih dari itu, kata Doni, trembesi memiliki kemampuan mengesankan dalam menyerap karbondiosida (C02).
Dengan mengutip hasil penelitian Endes N Dahlan (dosen Institut Pertanian Bogor) bahwa Trembesi dapat menyerap 28,5 Ton CO2/ tahun, Doni meyakini pohon trembesi merupakan terobosan untuk mengatasi pemanasan global, sebuah masalah yang bukan omong kosong, tetapi sudah terjadi di depan mata.
"Pendapat yang menyatakan trembesi merusak lingkungan adalah salah. Trembesi tidak mematikan rumput yang ada dibawahnya atau mematikan pohon-pohon di sekitarnya. Justru trembesi sangat baik untuk kawasan lahan tandus," tandas Doni.
Doni membentuk Paguyuban BUDIASI (Budidaya Trembesi) pada 2011. Paguyuban ini merupakan suatu badan hukum yang bersifat non profit.
Sejak awal berdirinya sampai sekarang ini, Paguyuban Budiasi tercatat telah memproduksi lebih dari 4 juta bibit pohon keras dan buah-buahan termasuk tanaman langka, dan telah mendistribusikan bibit-bibit pohon tersebut kepada masyarakat di berbagai wilayah untuk membantu program penghijauan.
Doni Monardo menjalin kerjasama dengan Djarum Foundation. Antara lain pada 2010 dalam penghijauan di wilayah Bogor, Cianjur, Sukabumi, dan sepanjang jalur pantura sebanyak 500.000 pohon.
Tol Cipali yang baru diresmikan tahun lalu, juga dihijaukan dengan pohon trembesi oleh Paguyuban Budiasi bersama BNI, dan ditanam serta dipelihara 3 tahun oleh Djarum Foundation.
Djarum Foundation melalui program Djarum Trees for Life, memiliki program "Menanam Trembesi 1.350 KM Merak – Banyuwangi” yang dilaksanakan sejak 2010. Hingga kini telah ditanam 36.763 pohon trembesi, di sepanjang 1.260 km jalur Pantura mulai dari Merak di Banten hingga Situbondo di Jawa Timur .
Program tersebut sejalan dengan program Sustainable Development Goals (SDGs) yang dicanangkan Perserikatan Bangsa Bangsa untuk periode 2015-2030. Pohon Trembesi yang tumbuh diharapkan mampu menyerap 1 juta ton gas CO2 setiap tahunnya. Hal ini selaras dengan tujuan SDGs, memperkuat ketahanan dan kapasitas adaptasi terhadap bahaya terkait iklim serta bencana alam.
Program “Menanam Trembesi 1.350 KM Merak-Banyuwangi” kini mencapai puncaknya. Seremonial diselenggarakan Kamis, 17 Desember 2015, di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Didahului dengan Edukasi Lingkungan yang diselenggarakan Djarum Trees For Life, Rabu, 16 Desember 2015 di Taman Konservasi Lingkungan Pegunungan Ijen, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.