Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisah Dua Tahanan yang Berhasil Kabur dari Sel Hidup Terlunta-lunta dan Kelaparan

Seperti sudah diceritakan pada berbagai film bahwa hidup dalam pelarian itu lebih banyak sengsaranya.

Editor: Sugiyarto
zoom-in Kisah Dua Tahanan yang Berhasil Kabur dari Sel Hidup Terlunta-lunta dan Kelaparan
internet
Ilustrasi 

TRIBUNNEWS.COM, BLITAR - Seperti sudah diceritakan pada berbagai film bahwa hidup dalam pelarian itu lebih banyak sengsaranya.

Lebih-lebih tak punya persiapan atau bekal sehingga bisa-bisa menjadi gelandangan dadakan.

Bahkan, kalau tak bisa mengontrol diri, mereka bakal mengulangi perbuatan jahatnya.

Itu seperti dialami dua napi Polres Blitar yang tertangkap kembali, setelah sembilan hari kabur dari sel Polres Blitar.

Adalah Edo Kurniawan (19), tahanan kasus narkoba, yang asal Desa Jeme'an, Kecamatan Wringinrejo, Kediri, dan Sariono (20), tahanan kasus pencurian sepeda motor, asal Desa Sukosewu, Kecamatan Gandusari.

Total yang tertangkap, kini tiga napi dari empat yang kabur. Sebelumnya, Basuki (50), tahanan kasus dugaan pencabulan terhadap anak tirinya, tertangkap lebih dulu.

Warga Desa Sumber Urip, Kecamatan Doko, Blitar ini ditangkap di Desa Sekar, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, Selasa (22/12/2015) siang.

Berita Rekomendasi

Edo dan Sariono ditangkap bersamaan saat keduanya berjalan kaki, Sabtu (26/12/2015) malam sekitar 23.00 WIB.

Saat itu, mereka menyusuri rel Kereta Api (KA), di Dusun Brongkos, Desa Siraman, Kecamatan Kesamben atau tepatnya di dekat lapangan sepak bola milik sekolah SMPN I Kesamben.

Namun karena berusaha melarikan diri, tatkala akan ditangkap, Edo terpaksa ditembak kaki kanannya.

"Sementara, yang satu (Sariono), tak melakukan perlawanan saat ditangkap," kata AKP Lahuri SH, Kasat Reskrim Polres Blitar, Minggu (27/12/2015).

Saat ditangkap itu, mereka dalam perjalanan ke arah Kediri. Yakni, ke rumah Edo, untuk mencari sangu buat pelariannya kembali.

Mereka sudah tak punya uang sama sekali sehingga nekat pulang ke Kediri, dengan jalan kaki.

Untuk menghindari petugas, mereka berjalan kaki menyusuri rel KA.

Katanya, kalau dilihat orang, mereka disangka gelandangan.

"Keberadaan mereka itu terlacak, setelah kami mendapat informasi dari masyarakat. Katanya ada dua orang yang mencurigakan. Yakni, malam-malam, mereka berjalan kaki di rel, dengan kondisi keduanya seperti orang ketakutan setiap dilihat orang," paparnya.

Dalam pelarian mereka itu tak jauh beda seperti yang dialami Basuki. Yakni, sama-sama terlunta-lunta.

Katanya, sejak berpisah dengan Basuki di Gunung Gedang, Senin (21/12/2015) malam lalu, Edo dan Sariono sama-sama tak punya tujuan.

Sariono sendiri tak berani pulang, meski sempat lewat dekat desanya. Sebab, ia merasa percuma mampir ke rumahnya.

Selain bakal mudah terendus petugas, juga bakal kian menyusahkan keluarganya.

Apalagi, di rumahnya, juga sudah tak ada barang yang bisa dijual, buat sangu pelariannya.

Akhirnya, Sariono dan Edo, nekat berjalan kaki, dengan menuruti kata hatinya karena tak punya tujuan.

Mereka keluar masuk perkampungan pada malam hari.

Di antaranya, mereka melintasi empat kecamatan, seperti Kecamatan Gandusari, Wlingi, Doko, dan Kecamatan Kesamben.

Selama dalam pelarian itu, hidupnya bak gelandangan. Selain tak ada bekal buat makan, mereka harus bermalam di sembarang tempat.

Termasuk, pernah menginap di rel KA. Bahkan, kalau makan, mereka juga sempat meminta-minta ke warga.

Alasannya, mereka sedang kehabiskan bekal setelah mencari alamat keluarganya dan tak ditemukan.

"Banyak alasan. Yang penting bisa makan," ungkap.

Hari demi hari, hidupnya kian susah sehingga kembali berbuat jahat.

Saat tak bisa makan, mereka mengaku sempat mengembat uang di kotak amal di sebuah masjid di Kecamatan Doko.

Saat sepi orang karena siang hari, kotak amal itu dicongkelnya dan uangnya Rp 50 ribu, diembatnya.

Modusnya, mereka berpura-pura istirahat di masjid itu. Uang Rp 50 ribu itu bisa dipakai makan hanya beberapa hari.

Setelah itu, mereka kembali menggelandang lagi.

Dalam kondisi seperti itu, mereka tak bisa berbuat apa-apa.

Akhirnya, Edo memutuskan untuk pulang. Karena Sariono tak punya tujuan, sehingga ikut Edo.

Rencananya, Edo akan mencari sangu, buat ongkos kabur. Salah satu tujuannya, mereka akan pergi ke Kalimantan.

Namun apes, sebelum rencananya itu terlaksana, keduanya keburu tertangkap petugas.

Kini, tinggal satu napi yang belum tertangkap.

Yakni, Iwan Budianto (39), tahanan kasus narkoba, asal Jl Stasiun, Kecamatan Kesamben.

Ia diduga sudah kabur jauh. Sebab, saat keempatnya turun dari lereng Gunung Kelud, Iwan dijemput seseorang, dengan mengendarai sepeda motor.

Seperti diketahui, sebelum tertangkap, mereka sempat enam hari bersembunyi di Candi Wringin Branjang, Desa Gadungan, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar.

Itu berada di Gunung Gedang atau tepatnya di lereng Gunung Kelud.

Mereka bisa sampai ke tempat yang sepi itu setelah berjalan kaki sekitar 75 km, dengan keluar masuk perkebunan dan hutan.

Enam hari sembunyi di candi itu, mereka jenuh. Sebab, selain jauh dari perkampungan, mereka tiap hari makan singkong bakar. Akhirnya, Senin (21/12/2015) malam lalu, mereka berpisah.

Kata Basuki, mereka memutuskan, untuk mencari selamat sendiri-sendiri.

Seperti diberitakan, Kamis (17/12/2015) dini hari, empat tahanan Polres kabur dengan menggergaji dua jeruji atap sel.

Saat beraksi itu mereka membuat kegaduhan untuk mengalihkan perhatian petugas.

Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas