Usai Serahkan Senjata, Din Minimi Bisa Memeluk Anaknya dengan Tenang
Din Minimi jarang bertemu istrinya Linawati (35), dan ketiga anaknya Rizki Maulana (13), Asmiranda (3) serta Mahdalena (9).
Editor: Wahid Nurdin
Laporan Wartawan Serambi Indonesia, Muhammad Hadi
TRIBUNNEWS.COM, BANDA ACEH - Pimpinan kelompok bersenjata Aceh, Nurdin bin Ismail alias Din Minimi bisa memeluk anaknya dengan tenang usai turun gunung, Senin (28/12/2015).
Ini setelah dirinya resmi menyerahkan senjata kepada anggota Badan Intelijen Negara (BIN) yang dipimpin Sutiyoso di Gampong Ladang Baro, Kecamatan Julok, Kabupaten Aceh Timur.
Ada 15 pucuk senjata berbagai jenis dan satu karung amunisi diserahkan kepada BIN.
Kini hidup Din Minimi lebih tenang dan dapat berkumpul dengan keluarganya tanpa khawatir lagi diburu aparat keamanan.
Dalam sebuah foto yang beredar, Selasa (29/12/2015), terlihat Din Minimi menggendong putrinya Asmiranda (3).
Foto-foto lain terlihat dia berbicara dengan para pria yang berkunjung ke rumahnya.
Sejak mengangkat senjata Oktober 2014 untuk menentang Pemerintah Aceh yang dipimpin Gubernur Zaini Abdullah dan Muzakir Manaf, karena dituding tak peduli korban konflik.
Din Minimi jarang bertemu istrinya Linawati (35), dan ketiga anaknya Rizki Maulana (13), Asmiranda (3) serta Mahdalena (9).
"Soalnya, kurang lebih tujuh bulan sudah kami tak bertemu," kata Linawati kepada Serambi (Tribunnews.com network), Kamis (27/5/2015).
Lima belas tahun menikah, pasangan ini telah dikarunia Allah tiga anak. Mereka tinggal di Desa Ladang Baro, Kecamatan Julok, Aceh Timur.
“Kami sekeluarga merindukan Bang Din. Segeralah kembali, untuk berkumpul lagi seperti dulu,” kata Linawati. Ia mengaku dinikahi Din Minimi pad 5 Mei 2000.
Rumah yang ditempatinya berkonstruksi kayu, beratap rumbia. Dinding kayunya tidak bercat. Rumah itu dihuni tujuh orang.
Selain Linawati bersama tiga anaknya, juga Fachrurrazi (14), adik kandung Din Minimi yang kini masih SMP. Dua orang lainnya adalah Safiah (70), ibu kandung Din Minimi, dan ayah kandung Linawati yang kini berumur 90 tahun.
Sebelumnya tempat persembunyian Din Minimi selalu menjadi incaran aparat keamanan yang ingin menangkap hidup atau mati. Sejumlah rekannya ada yang sudah tewas atau ditangkap hidup-hidup selama ini.
Untuk melepas rasa rindu kepada keluarganya. Din Minimi pernah berusaha pulang ke rumah pada Minggu 28 Desember 2014.
Tak lama duduk sebuah warung kopi di depan rumah, tiba-tiba pihak kepolisian datang dan menembakinya. Beruntung saat itu nyawanya tertolong akibat cepat masuk ke rumah, mengambil senjata dan lari melalui belakang menuju hutan.
"Saya pulang karena mau melihat kondisi rumah setelah dilanda banjir," ujar Din Minimi yang menghubungi Serambi beberapa hari setelah kejadian itu. Ia hanya mengaku tertembak di betis kirinya saat itu.
Bahkan kali kedua pulang ke rumah, Din Minimi juga selamat, Rabu (10/6/2015). Saat itu informasi kepulangan Din Minimi keketahui satuan Reskrim dan Resmob Polres Aceh Timur.
Tapi penyergapan yang dilakukan saat itu gagal menangkap Din Minimi yang melarikan diri bersama anggotanya dengan kekuatan tiga pucuk senjata api campuran, AK 47 dan M 16.
Kehidupan Din Minimi kini mulai berubah. Bukan hanya bisa menghabiskan banyak waktu dengan keluarga tercintanya. Tapi bisa duduk bersama dengan tetangganya, orang sekampung dan saudaranya yang mulai berkunjung sejak, Selasa (29/12/2015)