Sutiyoso: Din Minimi Diberi Amnesti
Nurdin Ismail alias Din Minimi bersama anggotanya, Selasa (29/12/2015) pagi menyerahkan 15 pucuk senjata api (senpi).
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, LHOKSEUMAWE - Nurdin Ismail alias Din Minimi bersama anggotanya, Selasa (29/12/2015) pagi menyerahkan 15 pucuk senjata api (senpi).
15 senjata api tersebut terdiri dari jenis 13 pucuk AK-47, sepucuk jenis SS1 dan sepucuk pistol FN bersama tabung pelontar dan amunisi sebagai bentuk menyerahkan diri.
Kelompok tersebut diberi amnesty (pengampungan). Artinya mereka tidak akan diproses secara hukum meskipun mereka selama ini terlibat dalam tindak pidana.
Hal itu disampaikan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN), Sutiyoso dalam konferensi pers di Hotel Lido Graha Lhokseumawe, Selasa (29/12/2015) sore.
Kelompok Din Minimi menyerahkan diri setelah dijemput di kawasan Desa Ladang Baro Julok Aceh Timur, Senin (28/12/2015) sore sekitar pukul 17.00 WIB.
"Selama dua bulan terakhir saya aktif berkomunikasi dengan Din Minimi dan kelompoknya melalui handphone dan saya berada di Jakarta ketika itu. Setelah ada kesepakatan mau menyerahkan diri, baru saya ke Aceh untuk menemui mereka," kata Sutiyoso.
Sutiyoso bisa berkomunikasi dengan kelompok Din Minimi melalui perantara Juha Christensen, mantan penasihat politik Ketua Aceh Monitoring Mission (AMM) yang juga pernah aktif di Crisis Management Initiaves (CMI) Finlandia dan Interpeace.
Karena Menurut Kepala BIN, Juha memiliki akses ke semua mantan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di Aceh.
Lalu pada Senin (28/12/2015) sore Sutiyoso datang langsung ke pedalaman Aceh Timur untuk menemui Din Minimi bersama kelompoknya.
Lalu bersama rombongannya, Sutiyoso membawa pulang ke kelompok tersebut ke rumah Din Minimi.
"Saya semalam menginap di Din Minimi, tapi saya tidak tidur, karena ngomong terus sama Din dan kelompoknya," katanya.
Menurut Sutiyoso, kelompok Din bukan pemberontak yang ingin memisahkan diri dari NKRI, dan bukan juga perampok yang menyusahkan masyarakat.
Tapi mereka adalah kelompok yang kecewa terhadap elit GAM yang sekarang mendapat kesempatan di pemerintahan.
"Mereka merasa ditelantarkan, dan mereka menuntut hak-haknya, dan bagi saya apa yang dituntut Din sangat rasional," katanya Sutiyoso.
Misalnya tuntutan Din Minimi, kata Sutiyoso, meminta reintegrasi sesuai Helsinki dilanjutkan, yatim piatu, terutama keluarga GAM disantuni dan dipelihara, janda atau inong balee diperhatikan kesejahteraannya.
"Kalau ini urusan Departemen sosial dan Pemerintah Aceh," katanya.
Lalu tuntutan Din Minimi, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) harus turun ke Aceh untuk memeriksa pengelolaan keuangan Aceh, karena sampai sekarang warga Aceh belum sejahtera. Din juga meminta pada Pilkada 2017 ada tim independen yang memantau, sehingga tak ada intimidasi oleh pihak tertentu.
"Jadi karena itu kita berikan amnesti kepada mereka. Saya sebelum ke sini sudah melapor ke Bapak Presiden, koordinasi dengan Menteri Hukum dan HAM, dengan Komnas HAM dan DPR RI, karena pemberian amnesti harus sepengetahuan DPR RI. Jadi Amnesti ini akan diproses kepada 130 anggota Din Minimi, termasuk yang sudah dipenjara 30 orang," kata Sutiyoso.
Ia juga menyebutkan, dari seratusan anggota Din Minimi, ada tiga anggota mereka yang sudah pisah dengan Din Minimi yang memiliki senpi.
Din juga mengaku sudah tidak memiliki hubungan dengan mereka lagi karena sudah lama tak berkomunikasi.
"Kita khawatirkan, jika mereka melakukan hal-hal yang tidak baik mengatasnamakan Din Minimi, nama Din Minimi bisa tercoreng," ungkap kepala BIN.
Sutiyoso mengaku sangat yakin kalau yang menembak dua Intel Kodim Aceh Utara pada awal 2015 lalu adalah ketiga pria yang sudah pisah dengan Din Minimi. Namun, Sutiyoso mengaku tidak ingat inisial ketiga pria tersebut.
"Nggak hafal saya inisial mereka," ujarnya.
Ia juga mengimbau kepada ketiga kelompok tersebut segera mengikuti jejak langkah Din Minimi.
"Untuk senjata semua sudah kita amankan," katanya.
Secara terpisah Ketua LSM Aceh Human Foundation (AHF), Abdul Hadi Abidin alias Adi Maros menyebutkan, sebelum Din Minimi dijemput kepala BIN, dia mengaku dihubungi Din Minimi untuk ditanyakan pendapatnya.
"Awalnya saya berpikir Din Minimi bercanda, tapi setelah disebutkan sudah ada kesepakatan dengan Sutiyoso, saya mengucapkan Alhamdulillah," ujar mantan GAM tersebut.
Menurut Adi Maros, keinginan Din Minimi setelah turun dari hutan hanya ingin menemui seperti keluarga berujuek dan Ridwan di Geuredong Pase kemudian jika mampu menyantuninya.
"Din tak ikut Pak Sutiyoso karena ingin melihat keluarganya dan anggotanya juga menangis ketika Din Minimi ditawarkan Pak Sutiyoso ke Jakarta," kata Adi Maros.
Namun, dalam waktu dekat dijadwalkan, Din minimi akan dijamu di rumah Sutiyoso.(jaf)