Laporan Wartawan Tribun Bali, I Made Ardhiangga

TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - Masyarakat Ekonomi ASEAN yang mulai berlaku 2016 menjadi tantangan Indonesia dan berbagai pandangan muncul bagaimana kiat masyarakat menghadapinya.

Satu di antaranya, muncul dari diskusi bulanan yang dilakukan oleh AJI Denpasar, Bali, pada Sabtu (9/1/2016) ini yakni konsep perdagangan yang adil atau fair trade.

Anggota Forum Fair Trade Indonesia, Agung Alit, menyatakan perdangan adil adalah sistem perdagangan berkelanjutan yang berusaha membantu produsen, perajin, petani, nelayan, dan lain sebagainya.

Perdagangan adil akan membantu produsen yang terpinggirkan melalui sistem pembayaran yang adil, kondisi tempat kerja yang layak, bantuan teknis (seperti desain, pembukuan), program sosial, kesetaraan, tranparansi, saling mempercayai, dan menjaga lingkungan.

Hal ini sebagai salah satu upaya menciptakan ekonomi berkelanjutan dan pasar baru di antara negara-negara berkembang, sementara di sisi yang lain menjaga nilai-nilai dan tradisi lokal.

"Fair trade merupakan perdagangan berkeadilan, memposisikan kaum buruh sebagai bagian yang penting dari proses produksi," ucap pria asal Bali ini.

Menurut dia, contoh konkret perdagangan adil yaitu ketika seorang pengusaha memiliki usaha Art Shop atau para eksportir dan importir, akan melakukan pembayaran 50 persen di muka, terhadap para produsen atau buruh, sebagai penghargaan terhadap proses produksi dan contoh nyata untuk masyarakat Bali.

"Atau dengan menciptakan lingkungan kerja yang sehat, pengrajin dibantu alat-alat, ruang kerja yang bagus dan lain sebagainya," jelas dia.

Fair Trade bisa dijadikan solusi pemerintah untuk menyelamatkan masyarakat Indonesia, khususnya Bali, dari tantangan atau persoalan mengadapi MEA.