Dulu Memburu, Kini Deden Menjadi Penjaga Elang di Taman Nasional Gunung Halimun Salak
Deden (25) pernah menjadi pemburu elang, kini ia memilih menjadi animal keeper di Suaka Elang Taman Nasional Gunung Halimun Salak.
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan TribunnewsBogor.com, Lingga Arvian Nugroho
TRIBUNNEWS.COM, CIGOMBONG - Siapa sangka, Deden (25), yang dulu dikenal sebagai pemburu elang, kini jatuh hati dan menjadi penjaga elang di Suaka Elang Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Jawa Barat.
Suaka Elang TNGHS berada di Desa Loji, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Sejak kecil Deden ikut bersama ayahnya terbiasa pergi ke dalam hutan Halimun Salak untuk memburu sarang burung elang.
Deden, dari pemburu kini menjadi penjaga hewan. TRIBUNNEWSBOGOR.COM/LINGGA ARVIAN NUGROHO
Namun sejak 2011 ia dan ayahnya serta warga desa mendapat pengarahan dari komunitas yang bergerak dalam bidang pelestarian alam dan satwa.
Ia mendapatkan pengetahuan bahwa berburu dilarang oleh hukum dan sejak itu bersama ayahnya sudah tidak lagi memburu elang.
Pada 2013, Deden memutuskan bergabung bersama Suaka Elang yang bergerak dalam penangkaran burung elang dan bukan hal mudah menjadi animal keeper para elang.
Cakaran dan gigitan elang sudah menjadi makanan sehari-hari Deden.
Deden, dari pemburu kini menjadi penjaga hewan. TRIBUNNEWSBOGOR.COM/LINGGA ARVIAN NUGROHO
"Kalau dicakar atau dipatuk oleh paruhnya itu sudah sering," ujar Deden sembari tersenyum.
Cakaran elang biasa ia terima ketika sedang membersihkan kandang dan menurut Deden, elang-elang di penangkaran memang harus liar agar insting berburunya tetap terjaga.
Sehingga, sambung Deden, burung elang tersebut tidak boleh menurut terhadap manusia. "Kalau elang tidak buas dan liar, nantinya ketika dilepasliarkan bisa ditangkap lagi oleh manusia," terang dia.
Selama berjaga di suaka elang, Deden bersama polisi hutan sering berpatroli ke dalam TNGHS setiap dua kali dalam sebulan.
Hal tersebut dilakukan untuk menjaga hutan dari para pemburu, selain memonitoring sarang elang di dalam hutan.
Selain patroli ke dalam hutan dan membersihkan kandang, setiap lima kali dalam seminggu Deden harus memberi makan elang.
" Seminggu itu lima kali saya kasih makan elang, makananya itu marmut atau kadal yang di order dari daerah Lido," ujarnya.
Meski elang-elang itu liar, namun Deden merasa dekat dengan burung tersebut.
Kecintaan Deden terhadap burung pemangsa ini muncul sejak ia menjadi animal keeper dan merasa waswas jika melihat seekor saja elang sakit.
"Saya engga tenang kalau ada elang yang sakit, apalagi sampai mati. Saya engga bisa tidur," ucap Deden.
Ia mengakui menjadi animal keeper banyak ujiannya, pernah beberapa pengunjung menawarkan Deden uang puluhan juta untuk membeli elang di penangkaran.
Namun Deden tegas menolak tawaran menggiurkan tersebut, karena sejak berhenti menjadi pemburu elang ia bertekad untuk melestarikan satwa predator ini di hutan liar.
"Waktu itu ada yang mau beli elang Rp 10 juta, tapi saya tolak. Dia terus memaksa, katanya jalan belakang saja. Kalau ditanya bilang saja lepas, kata yang mau beli. Tapi tetap saya tidak mau dan saya lapor ke pimpinan," kisah Deden.