Tebu Jadi Lambang Cinta dan Kasih Sayang
Namun yang paling memuaskan bagi Allen adalah momentum berkumpul bersama keluarga, setelah setahun penuh berpisah.
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribun Kaltim Muhammad Arfan
TRIBUNNEWS.COM, KALTARA - Bagi masyarakat Tionghoa Tahun Baru Cina atau Sin Cia atau Imlek adalah masa yang selalu dinanti. Momentum pergantian tahun ini pun seakan sayang bila dilewatkan begitu saja.
Selalu ada sajian khusus yang dilakukan warga etnis Tionghoa, mulai dari pernak-pernik Imlek, sembahyang, hingga tradisi kumpul bersama keluarga.
Allen Tedy Purnawan (68) ialah salah satu tokoh Tionghoa di Tanjung Selor. Tradisi Imlek sudah menjadi rutinitas tiap tahun yang harus dilalui.
Imlek 2567 yang jatuh pada 8 Februari 2016 ini, jauh hari Allen sudah melakukan persiapan.
"Seperti biasa, kami pasang lampion di rumah. Kemudian beberapa ucapan selamat tahun baru Imlek yang kami pasang di pintu rumah," ujar Allen kepada Tribun, Minggu (7/2).
Tak banyak uang yang dikeluarkan. Sebanyak Rp 2 juta sampai Rp 3 juta saja sudah cukup.
Namun yang paling memuaskan katanya ialah momentum berkumpul bersama keluarga, setelah setahun penuh berpisah.
"Keluarga itu anak-anak sama cucu saya. Sudah tinggal sendiri-sendiri. Dua anak saya di Surabaya. Mereka di sana berusaha. Kalau Imlek begini, mereka pulang. Saya sangat bahagia sekali," katanya.
Saking rindunya, Allen sendiri yang menjemput dua anak dan cucu-cucunya di Tarakan. Kemudian menaiki speedboat ke ibukota Kaltara, Tanjung Selor.
"Kalau sudah kumpul begini, tahun baru ada semacam kepuasan lebih. Kalau bukan mereka yang pulang, saya yang ke Surabaya," tuturnya.
Di Tanjung Selor, Allen tinggal di rumahnya di Jl.Jeruk bersama sang istri Onna Kusuma Dewi (68), anak keduanya Meity Purnawan (39), dan anak bungsunya Hendy Agus Dianto (38).
Pasca anak-anaknya tiba dari Surabaya, Tonny Irawan (46) dan Rudy Setiadi (43), Allan langsung menggelar rutinitas Imlek seperti biasanya.
"Tadi (kemarin) sekitar pukul 14.00 siang langsung sembahyang tutup tahun di Klenteng. Sepulang dari sana, sembahyang lagi. Nanti malam (kemarin) lepas pukul 12.00 malam, langsung sembahyang buka tahun lagi. Itu sudah tradisi," ujarnya.
Kemarin Allen mulai menggelar open house di kediamannya. Rencananya, open house akan dia lakukan 2 hari.
"Ini juga sudah jadi tradisi keluarga kami," ujarnya.
Soal menu makanan, tak ada yang terlalu istimewa. Hanya beberapa kue keranjang serta makanan berkuah akan disiapkan. Bahkan kata Allen yang khas adalah tebu.
"Tebu itu sudah tradisi juga. Warnanya keemasan, sehingga lekat dengan momentum Imlek. Rasanya manis melambangkan cinta dan kasih sayang. Itu wajib ada. Siapa saja boleh memakannya," ujarnya.
Berdasarkan astrologi Cina, shio yang berlaku di tahun Imlek 2567 ialah monyet dengan unsur api.
Allen sedikit tersenyum lebar.
Shio tersebut melambangkan keberuntungan dan anugrah.
Menurut Allen, monyet identik dengan kecerdasan dan kelincahan.
Maka diprediksikan gejolak ekonomi tahun Imlek ini, akan membaik dibanding tahun kemarin.
Sayap-sayap lapangan usaha yang baru akan terbuka lebar dan terkepak cukup kuat. Tahun monyet api katanya, nyaris tanpa pantangan.
"Insya Allah ekonomi akan menguat lagi, usaha-usaha akan tumbuh lebih bagus dibanding tahun kemarin. Tetapi dengan catatan, harus berusaha, kerja keras dan jangan patah semangat. Hasilnya tentu akan memuaskan. Jangan sekali-kali patah semangat, apalagi ini sudah masuk era MEA (Masyarakat Ekonomi Asean). Indonesia jangan sampai kalah," katanya.
Ia pun mengharapkan, di tahun Imlek 2567 ini, diberi nikmat kesehatan, begitu juga bagi masyarakat di Kaltara dan di Bulungan.
"Kalau kita sehat, semua bisa kita usahakan. Itu doa dan harapan yang nomor satu. Kemudian kami doakan daerah kita ini (Kaltara) bisa lebih maju dan masyarakatnya bersatu di tengah pluralisme," ujarnya.