Menpar Arief Yahya Getol Bangun Belitung Dengan “pintu” Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata
Mengapa Menpar Arief Yahya getol membangun Belitung dengan “pintu” Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata?
Editor: Toni Bramantoro
“Ada soal lalu lintas barang, ketenaga kerjaan, termasuk penggunakan tenaga kerja asing selama proses pembangunan, keimigrasian, pertanahan, perizinan dan non perizinan. Semua diberikan kemudahan agar para pengusaha level dunia mau menanamkan modal ke sector pariwisata, sehingga akan semakin maju pesat,” jelas Arief Yahya.
Banyak keuntungan di balik KEK, yang semata-mata untuk mendorong investasi ke tanah air. Investasi itulah yang digunakan untuk menggerakkan pasar, mempercepat roda perekonomian, dan memajuan industri pariwisata.
“Wisatawan itu sama dengan memproduksi devisa. Kalau tenaga kerja ke luar negeri itu devisanya dalam bentuk pengiriman uang. Kalau di pariwisata itu, istilahnya devisa yang diterima di dalam negeri,” jelas dia.
Kunjungan Presiden Jokowi di Belitung tanggal 20 Juni 2015 menegaskan bahwa pariwisata adalah sektor yang harus menjadi fokus utama.
Dukungan terhadap rencana pembentukan KEK Tanjung Kelayang oleh investor diberikan dalam bentuk perpanjangan landas pacu Bandara H.A.S. Hanandjoedin dari 2.250 meter menjadi 2.800 meter.
“Karena itu, investor diminta juga cepat merealisasikan rencana pembangunannya,” kata dia.
Apa dampaknya bagi warga?
“Sudah tentu, itu dipikirkan dengan matang. Kami ingin proses percepatan KEK Pariwisata ini di Belitung. Itu akan menambah poin dalam penilaian World Economic Forum, terutama dalam program sustaiable tourism development, ICT readiness, dimulai dari KEK dulu, yang bisa dengan cepat berpengaruh pada daya saing Indonesia di level dunia,” kata dia.
Jika itu terjadi, maka jumlah kunjungan ke Belitung akan lebih besar. Dampak ekonomi langsungnya cukup besar.
“Jadi sekaligus menerapkan model seperti kajian yang sudah sukses di banyak negara pariwisata, yang disusun oleh UNWTO, ungkapnya.