Uang Hilang Dikira Dicuri Tuyul, Dosen Tersangka Pembunuhan, hingga Buaya Pemangsa Manusia
Anehnya, pelaku hanya mengambil uang rupiah saja, meski ada uang dolar di situ. Pencurian ini menimbulkan cerita klenik dan beredar di masyarakat.
Penulis: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Cerita berbau klenik hingga kini masih menjadi kisah menarik di kalangan masyarakat di Indonesia.
Tak jarang kisah-kisah tersebut muncul berawal dari mulut ke mulut.
Seperti yang terjadi di Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali.
Maraknya pencurian uang di daerah itu memunculkan kisah keterlibatan tuyul.
Berita ini menjadi salah satu berita yang paling banyak dibaca oleh pengunjung Tribunnews.com. Termasuk berita-berita peristiwa lainnya yang yang terjadi di wilayah Indonesia.
Peristiwa pencurian beruntun di 12 rumah di lingkungan Desa Mas, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali, beberapa waktu lalu membuat heboh warga.
Anehnya, pelaku hanya mengambil uang rupiah saja, meski ada uang dolar di situ. Pencurian ini menimbulkan cerita klenik dan beredar di masyarakat.
Pernyataan tersebut diungkapkan Kanit Buser Polres Gianyar, Ipda Gusti Ngurah Winangun.
"Masyarakat mengira uang mereka dicuri tuyul. Ini aneh karena hanya rupiah yang diambil, uang lainnya tidak," kata Winangun kepada wartawan, Kamis (25/2/2016).
Ia menambahkan, pencurian terjadi beruntun dari satu rumah ke rumah lain. Lagi-lagi cerita yang sama muncul dan mereka menduga pelakunya adalah tuyul.
Cerita ini nyaris dipercaya sepenuhnya, sebelum personel buru sergap Polres Gianyar bertindak dan berhasil menangkap pelaku.
Kisah tuyul tersebut berakhir setelah seorang pelajar kelas tiga sekolah menengah pertama berinisial MD ditangkap.
Warga asal Blahbatu itu ditangkap di Jalan Raya Buruan, Rabu (24/2/2016) malam saat mengendarai motor. Ia pernah ditangkap dalam kasus yang sama.
Lantaran masih di bawah umur, polisi mengembalikan MD kepada keluarga agar dibina. Namun MD kambuh dan kembali berulah, hingga kembali tertangkap.
Di depan anggota Polres Gianyar, MD mengakui perbuatannya. Ia mulai mencuri sejak kelas enam sekolah dasar. Hasil curiannnya ia gunakan untuk memodifikasi motor.
"Saya sendiri saja. Lihat rumah kosong yang pintunya terkunci, artinya sepi. Saya masuk mengambil pisau blakas untuk membuka pintu," aku MD sambil menunduk malu.
Buaya Mangsa Warga
Sementara itu di Bone, warga berhasil menangkap seekor buaya di Sungai Unyi, Dusun Polejiwa, Desa Pakkasalo, Kecamatan Dua Boccoe, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, Kamis (25/2/2016) sekitar pukul 14.00 Wita.
Buaya yang panjangnya sekitar 4,5 meter dan lebar 75 cm ditangkap setelah sebelumnya diberondong peluru oleh para pemburu.
Tim pemburu yang terdiri dari gabungan anggota TNI, Polsek Dua Boccoe, dan Perbakin Bone, melakukan perburuan terhadap buaya raksasa ini lantaran kehadirannya yang meresahkan warga sekitar.
Ternak warga yang tinggal di sekitar aliran sungai sering menghilang tanpa jejak.
Puncaknya Minggu (21/2/2016) lalu saat warga menemukan jasad seorang warga yang sudah tak utuh di Sungai Unyi.
Bagian kaki jasad yang ditemukan sudah tak ada, dan semakin menambah kecurigaan warga akan adanya buaya yang berkeliaran di sungai tersebut.
Akhirnya tim pemburu yang dipimpin Camat Dua Boccoe, Andi Muslam berhasil melumpuhkan buaya ini setelah sebelumnya dipancing menggunakan itik.
Perburuan buaya ini menarik perhatian ribuan warga sekitar yang menyaksikan detik-detik buaya raksasa mati tertembus timah panas.
Dosen Tersangka Pembunuhan
Di Banjarmasin, seorang dosen ditetapkan sebagai tersangka pembunuhan. Dia adalah Nurhansyah alias Anang alias Nanang (45).
Nurhansyah ditetapkan sebagai otak pembunuhan keji terhadap adik dan kedua orangtuanya.
Penetapan status tersangka kepada dosen ini membuat sebagian besar civitas Politeknik Negeri Banjarmasin (Poliban) kaget.
Wajar karena Nanang punya posisi cukup mentereng di Poliban.
Selain dosen, dia masih tercatat sebagai Ketua Jurusan Administrasi Bisnis Poliban.
"Sama sekali tak menyangka. Tidak ada tampang pembunuh. Tidak masuk akal," ucap Cacan (bukan nama sebenarnya) salah satu alumni Poliban yang pernah diajar oleh Nanang.
Cacan mengatakan, perihal ditetapkannya sang dosen menjadi tersangka pembunuhan, bahkan dengan korban jiwa bahkan sudah menyebar di grup BBM alumni Poliban.
Nurhansyah alias Anang (45) berada di ruang Tipiter Satreskrim Polres Banjar, Kamis (25/2/2016).
"Sebenarnya bikin malu, sama sekali tidak ada yang menyangka. Makanya ramai. Tapi mau bagaimana lagi," ucapnya yang tak mau namanya disebutkan lantaran tidak nyaman dengan sang dosen.
Cacan sewaktu masih aktif di kampus beberapa tahun lalu, mengaku cukup dekat dengan Nanang.
"Sering bantu beliau. Orangnya itu low profil, baik. Murah senyum dan suka negur sama mahasiswanya. Orangnya rajin olahraga. Mulai kemarin pas beliau ditahan, sebenarnya sudah pada ribut tuh teman-teman," katanya.
Sebelumnya diberitakan, kendati tidak mendapatkan pengakuan dari Nurhansyah alias Anang alias Nanang (45) polisi akhirnya menetapkan dosen Poliban Banjarmasin itu sebagai tersangka pembunuhan sadis satu keluarga.
Yang dibunuh tak lain adalah kedua orangtuanya, Majid Sobari (76) serta sang adik Ancah.
Majid (70) istri dan putra bungsunya bernama Ancah, ditemukan tewas di dalam mobil Avanza warna Abu-Abu DA 8880 TI di Desa Danau Salak Kecamatan Astambul, Rabu (24/2/2016) dinihari.
Ketiganya diketahui selama ini tinggal di Gang Madrasah RT5 RW 2 Kelurahan Sekumpul, Kota Martapura. (*)