Kisah Sopir Taksi Muslim di Pemakaman Pendeta Petrus Agung
Di tengah pemakaman Pendeta Petrus Agung Purnomo, tersisip kisah sopir taksi Muslim.
Editor: Y Gustaman
"Kami semua ya kehilangan sekali. Saya juga sangat berkesan dengan ajarannya," ungkapnya.
Jemaat kaget mendengar Pendeta Petrus Agung meninggal. Tak ada jejak ia sakit sebelumnya. Kepergiannya membuat seorang jemaat terpukul, menangis di depan kaca penutup peti jenazah.
Beberapa kali ia mengetukkan kaca penutup peti. Dari balik kaca, Pendeta Petrus Agung memakai jubah ungu. "Bangkit Pak, ayo bangun dari tidur Pak Petrus," ucap Kristin.
Seorang pria memeluk tubuh Kristin lalu memeluk sambil menjauh mundur dari peti yang membungkus Pendeta Petrus Agung. Kristin akhirnya diarahkan duduk di bangku gereja.
"Saya hanya jemaat Pak Petrus. Bukan saudara, maupun teman. Pak Petrus pendeta terbaik yang saya tahu, beliau sempurna," aku Kristin usai ditenangkan sejumlah perempuan setengah baya.
Jenazah Pendeta Petrus Agung Purnomo disemayamkan di Gereja JKI Kerajaan Injil, Semarang, Senin (14/3/2016). TRIBUN JATENG/DANIEL ARI PURNOMO
Pendeta Petrus Agung telah menyadarkan Kristin saat hidupnya bimbang, terbebani karena persoalan keluarga, hingga keyakinan sampai iman.
"Beliau pernah menyatakan firman Tuhan yang begitu menyentuh hati saya. Firman itulah yang menyadarkan segala risau hati saya," kenang dia.
Sebelum beranjak pergi, Kristin sempat meniup kencang-kencang sangkakalanya.Tiga kali ia meniup sangkakala, lalu merapatkan kedua tangannya memanjatkan doa.