Siang Memulung, Malamnya Rahma jadi Manusia Gerobak
Hal ini terpantau sejak beberapa minggu belakangan. 'Manusia gerobak' terlihat khusus di malam hari, sekitar pukul 21.00 Wita ke atas.
Penulis: Rahmadhani
Editor: Wahid Nurdin
Laporan wartawan Banjarmasin Post, Rahmadhani
TRIBUNNEWS.COM, BANJARMASIN - Keberadaan tuna sulila (pengemis) dengan membawa gerobak, kembali marak di Kota Banjarmasin.
'Manusia gerobak', biasa mereka disebut terlihat mangkal di Jalan AS Musyaffa Banjarmasin, khususnya pada malam hari.
Hal ini terpantau sejak beberapa minggu belakangan. 'Manusia gerobak' terlihat khusus di malam hari, sekitar pukul 21.00 Wita ke atas.
Mereka terlihat mangkal di depan salah satu rumah makan ternama yang terkenal dengan ayam bakarnya.
Seperti terlihat Minggu (27/3/2016) malam, ada dua 'manusia gerobak' mangkal di sana.
"Kalau siang kami memulung pak. Kalau malam baru begini. Ya syukur-syukur bisa dapat penghasilan tambahan," kata Rahmawati (35), salah satu 'manusia gerobak' yang berhasil ditemui.
Dia mengaku janda empat orang anak. Mirisnya, tiga dari empat anaknya yang masih kecil ikut dibawa malam itu.
Salah satu anaknya, terlihat sedang asyik tidur berselimut kain tipis di dalam gerobak, di tengah dinginnya malam Kota Seribu Sungai.
'Manusia gerobak', dari penelusuran Bpost Online biasanya kerap ditemui menjelang hari besar Islam, seperti hari raya Idul Fitri dan Idul Adha.
Mereka kerap ditemui di kawasan Kayutangi Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin pada malam hari.
Dari wawancara singkat yang berhasil dilakukan, Rahma begitu dia disapa mengaku janda empat orang anak.
Dia tak punya pekerjaan lain, selain memulung dan mengemis.
"Kalau siang memulung, kalau malam ya begini. Lumayan menambah penghasilan," jelasnya, Minggu (27/3/2016) malam.
Rahmawati mengaku, dia tinggal di kawasan kumuh belakang Taman Kamboja Banjarmasin.
Di gerobak itulah dia tinggal, tidur dan beraktifitas bersama empat orang anaknya.
Di sana dia tinggal bersama beberapa 'manusia gerobak' lainnya. Ya, memang keberadaan 'manusia gerobak' cukup bamyak di Banjarmasin.
Dua dari empat anaknya sendiri ada yang sudah sekolah. Termasuk salah satu anaknya yang ikut mangkal malam itu.
"Sudah SD. Baru masuk tahun ini, sekolah di dekat rumah. Sekolahnya gratis tapi buat seragam ya bayar. Makanya saya harus kerja karena siapa lagi yang membiayai selain saya. Satu anak saya tidak ikut, di rumah saja," ujarnya.
Rahmawati mengaku, dia tidak memiliki keterampilan apapun dan tak punya ijazah karena memang tak pernah bersekolah.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.