Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ceng Beng, Tradisi Warga Tionghoa Mengenang Leluhur

Ribuan warga keturunan Tionghoa yang berasal dari berbagai daerah, tumpah ruah di lokasi Pemakaman Talang Kerikil Palembang,

Penulis: Welly Hadinata
Editor: Sugiyarto
zoom-in Ceng Beng, Tradisi Warga Tionghoa Mengenang Leluhur
Bangka Pos
Perayaan Ceng Beng 

Ceng Beng, Tradisi Warga Tionghoa Mengenang Leluhur

TRIBUNNEWS.COM, PALEMBANG --- Ribuan warga keturunan Tionghoa yang berasal dari berbagai daerah, tumpah ruah di lokasi Pemakaman Talang Kerikil Palembang, Minggu (3/4/2016).

Kedatangan warga tionghoa ke pemakaman khusus warga keturunan ini dalam rangka melakukan tradisi Ceng Beng atau ziarah ke pemakaman para leluhur.

Bukan hanya warga tionghoa Palembang yang, namun juga ada warga tionghoa dari luar Palembang.

Bahkan ada juga dari luar negeri seperti dari Malaysia, Singapura, Cina, Taiwan dan negara-negara Asia lainnya.

Bahkan juga ada dari negera Eropa yang memang sengaja datang ke Palembang untuk melaksanakan ritual tradisi Ceng Beng.

Dari pantauan Sripoku.com, tampak berbagai aktifitas atau ritual dilakukan warga tionghoa yang mendatangi makam leluhurnya.

Berita Rekomendasi

Mulai dari membakar kertas sembayang, membakar garu dan menyalakan lilin yang sudah menjadi bagian dalam melakukan ritual ceng beng.

"Setiap tahunnya kita ziarah bersama keluarga. Karena ini (Ceng Beng) sudah menjadi tradisi untuk berdoa di makam leluhur kami," ujar Yani, warga asal Surabaya yang ziarah ceng beng ke makam leluhurnya di Pemakaman etnis tionghoa Talang Kerikil Palembang.

Ceng beng bukan hanya sebagai tradisi bagi warga keturunan. Namun juga sebagai budaya setiap tahunnya setelah sebelumnya merayakan imlek.

Dikarenakan tidak hanya warga keturunan beragama konghucu saja yang melakukan ritual ceng beng, tapi warga keturunan yang beragama lainnya seperti Kristen dan Budha pun tetap menjunjung budaya Ceng Beng.

Ketua Koordinasi Cheng Beng, Chandra Husein mengatakan, puncak Ceng Beng tepatnya pada Senin (4/4/2016).

Namun warga yang ziarah bisa datang 10 hari sebelum atau 10 sesudah puncaknya.

Tapi biasanya hari libur disela-sela hari puncaknya sudah diramaikan perziarah.

Pihak panitia sudah menghimbau para warga yang berziarah untuk mengikuti petunjuk agar sabar dan tertib demi kepentingan bersama.

"Sebanyak 22 pos keamanan sudah disiapkan sebelumnya. Karena yang ziara bukan hanya dari Palembang, namun juga dari luar daerah. Bahkan ada juga dari luar negeri yang merantau dan sengaja pulang untung ziarah ke makam leluhurnya," ujarnya.

Dalam melakukan ceng beng, Chandra mengatakan, dikatakan Chandra, biasanya perziarah bersama keluarganya telah membawa perlengkapan sembayang.

Seperti garu, lilin dan kertas sembayang. Kalau untuk sesajen seperti buah-buahan, daging dan kue bisa dibawa bisa tidak. Tergantung dari kemampuan warga yang ziarah.

Namun pastinya jika ada peziarah yang membawa makanan atau kue itu hanya tradisi yang tujuannya untuk mengenang para leluhur.

"Memang adat ini bukan berkaitan dengan kepercayaan, ini adalah bentuk budaya, adat istiadat dari masyarakat tionghoa sebagai bentuk pengabdian kepada leluhur," ujarnya.(Welly Hadinata)

Sumber: Sriwijaya Post
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas