Satriyo Ngotot Tak Hamili Anak Tirinya, Tapi Saat Mau Dites DNA, Mereka Berdua Melarikan Diri
Banyak hal terungkap dalam kisah cinta segitiga yang berakhir nestapa.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, KENDAL- Banyak hal terungkap dalam kisah cinta segitiga yang berakhir nestapa.
Satriyo Tomo Prayitno alias Yoyok (40) menikahi Martiah - janda (40) pada tahun 1999 ketika itu Marina anak kandung Martiah masih usia 3 tahunan.
Kini di tahun 2016 usia Marina sudah 19 tahun, dan punya anak balita bernama Velsia usia 16 bulan, hasil hubungan gelap dangan Yoyok ayah tirinya itu.
Yoyok dan Marina tinggal dalam satu rumah di Kendal. Sedangkan Martiah merantau kerja sebagai asisten rumah tangga di Kota Semarang.
Yoyok tidak bekerja. Tanggal 13 April 2016, tiga orang ditemukan tewas di Yogyakarta, diduga bunuh diri.
Jenazah tiga orang itu kemudian dibawa ke Kendal untuk dimakamkan.
Kebetulan pada tanggal 12 April, jembatan Kaliputih di Kendal yang menghubungkan desa tempat tinggal tiga jenazah tersebut, putus diterjang banjir bandang.
Sehingga tiga jenazah itu harus dibopong seberangi sungai yang mengalir deras untuk bisa sampai ke desa Desa Kaliputih Kecamatan Singorojo untuk dimakamkan.
Sejumlah warga di desa tersebut menuturkan, sebenarnya warga sudah mengetahui adanya cinta terlarang antara Yoyok dengan anak tirinya itu.
Bahkan Nuryanto Kepala Dusun Slento, Kabupaten Kendal, mengakui bahwa kisah cinta segitiga ini sudah tercium sejak 2014 silam.
Kala itu, Martiah (ibu kandung Marina), tidak menyangka jika kepergiannya ke Kota Semarang untuk bekerja, berujung pada rusaknya rumah tangga yang baru ia jalin.
Yoyok yang tidak diketahui asal kampung halamannya, diusir oleh warga karena perbuatan tersebut.
Kepala Desa, Suyoto mengaku didesak warga untuk mengusir Yoyok karena menghamili anak tirinya.
"Tapi dia tidak mau mengakui jika Marina hamil, sampai akhirnya warga meminta tes DNA," katanya.
Sehari sebelum dites DNA, keduanya melarikan diri. Kepergian Yoyok dan Marina sudah membuat tenang warganya, hingga muncul kabar jika keduanya bersama sang bayi diberitakan tewas, jauh di luar kota.
Jenazah ketiganya dimakamkan pada Kamis (14/4/2016) petang, di pemakaman Dusun Slento.
Sempat mendapatkan penolakan warga, pemakaman akhirnya berjalan lancar setelah Martiah bersikeras memakamkan jasad orang yang ia sayangi di kampung halaman sendiri.
Menurut keterangan anggota Polsek Singorojo kepada Nuryanto, pada mulut jenazah Marina maupun putri perempuannya terdapat busa saat ditemukan. (tribunjateng/ponco wiyono).