Aksi Heroik Daffa dan Kesadaran Pesepeda Motor Terhadap Hak Pedestrian
Karena aksinya tersebut, Daffa kini menjadi buah bibir di jejaring sosial maupun di sejumlah media nasional.
Penulis: Rendy Sadikin
TRIBUNNEWS.COM - Aksi berani Daffa Farros Oktoviarto, bocah 10 tahun yang mengadang pesepeda motor, menuai pujian dari para netizen.
Selain memuji, netizen juga menilai aksi Daffa di trotoar Kalibanteng, Semarang, Jawa Tengah, itu menjadi sentilan bagi para pesepeda motor yang kerap merebut hak pedestrian.
Karena aksinya tersebut, Daffa kini menjadi buah bibir di jejaring sosial maupun di sejumlah media nasional.
Selain foto-foto yang beredar di media sosial, aksi Daffa pada 15 April 2016 itu juga diabadikan dalam bentuk video.
Video beberapa detik itu bahkan di-repost di akun instagram Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi dari akun @saefana.
Hendi sapaan Hendrar Prihadi memberi status pada video tersebut, "#BergerakBersama bukan seruan di awang2 -- Daffa bisa membuktikan.. njenengan? #VideoRepost @saefana," tulisnya.
Video amatir ini diunggah oleh akun Saefana ke instagram.
Dalam video tersebut, Daffa melintangkan sepedanya di trotoar saat pemotor naik trotoar.
Daffa tidak minggir, bahkan menurunkan standar sepedanya dan mundur beberapa langkah sembari tangannya dilipat ke belakang layaknya sikap istirahat di tempat.
Tak hanya itu, Daffa pun mengamuk dan menendang sepeda motor tersebut hingga akhirnya sang pengemudinya mundur.
Video ini pun mendapat komentar dari netizen.
@anggavbrian berkomentar, "Salah satu mental anak bangsa yg baik," tulisnya. Sementara akun @saefana berkomentar,"Thank for your respect," tulisnya.
Tak gentar dibentak dan dimarahi
Kepada media, Daffa mengaku kerap dimarahi oleh para pengendara gara-gara aksinya.
Namun Daffa tak gentar, dia tetap melakukan aksi tersebut hampir sebulan terakhir ini.
"Saya enggak takut. Sudah biasa dimarahin kayak gitu," ujar Daffa, Selasa (19/4/2016).
Tak hanya dimarahi, Daffa bahkan sampai dibentak-bentak karena menghalangi mereka mengendarai sepeda motor di atas trotoar.
Ia pun lalu diminta untuk pulang dan tidak boleh lagi melakukan aksinya tersebut.
"Ada yang bentak-bentak juga. Katanya, 'minggir-minggir, kamu anak kecil pulang'," katanya.
Sebelum dibentak, Daffa mengingatkan pengendara untuk tidak mengendarai motor di atas trotoar.
Sebab, trotoar yang berada di samping jalan itu dibuat untuk para pejalan kaki, bukan pengendara motor.
Daffa mengerti aturan itu lantaran sering melihat iklan di spanduk dan televisi.
"Saya lihat larangan trotoar untuk sepeda motor di spanduk jalan dan televisi," kata Daffa.
"Saya bilang sama pengendara motor, 'Pak mbalik, Pak, mbalik. Jangan lewat sini', tapi kalau yang ngotot tak adang pakai sepeda," kisah dia lagi.
Kendati orangtuanya khawatir, Daffa tetap melakukan aksi tersebut lantaran masih banyak pengendara yang melewati trotoar, terutama pada jam-jam macet.
"Saya lakukan karena ini benar," kata bocah kelahiran 24 Oktober 2006 tersebut.
Bandel, tapi disayang guru
Nama Daffa mendadak menjadi bahan perbincangan di sekolahnya di SDN Kalibanteng Kidul Semarang.
Meski dikenal bandel dan hiperaktif, siswa kelas IV tersebut justru disayang oleh guru-gurunya.
Guru pun mengenalnya sebagai bocah yang berani.
Berani bertanya dan berani ungkapkan perasaannya.
Begitu foto Daffa muncul di koran Tribun Jateng sontak teman-temannya di sekolah dan guru-guru pun membicarakannya.
Pagi itu, Daffa masuk sekolah seperti biasa.
Dia juga tidak terlihat terganggu dengan perbincangan di sekolah atas aksinya.
Bahkan dengan polos, ia memamerkan foto-fotonya yang termuat di Tribun Jateng ke hadapan guru-gurunya.
"Bu Guru, fotoku masuk Tribun! Ini lo, Bu, fotoku," kata Daffa antusias.
Celoteh Daffa membuat Barokah, guru pelajaran Agama Islam, tersenyum sembari geleng-geleng kepala.
"Nasibmu apik men, Le," komentar Barokah.
Barokah mengenal Daffa sejak kelas I hingga kelas III karena dia mengajar pelajaran Agama Islam.
Di sekolah, menurut Barokah, Daffa dikenal sebagai anak bandel lantaran sering jahil terhadap teman dan guru-gurunya.
"Bandelnya luar biasa. Kalau sedang di kelas, dia sering klotekan atau menggeser-geser meja. Atau kalau lagi nggak mood mengikuti pelajaran, Daffa sering mengganggu temannya atau kadang-kadang tiduran di bawah meja. Sekolah juga sering memanggil orangtua Daffa (untuk membahas anak itu)," ujarnya.
Pada awalnya, kata Barokah, teman sekolah dan guru merasa jengkel dengan sikap Daffa tersebut.
Namun lambat laun mereka memaklumi karena Daffa tergolong anak hiperaktif.
"Kalau lagi jenuh, dia bilang capek atau pusing. Kalau sudah begitu dia keluar kelas untuk menyegarkan pikiran. Sak kepenake," kata Barokah.
"Kemudian masuk lagi dan lagaknya kayak orang gede lalu kembali mengikuti pelajaran. Daffa ini bandel, tapi ngangenin guru-guru," kata Barokah sembari tersenyum.
TRIBUN Jateng/KOMPAS.com