Bukti Cinta Tak Pandang Jabatan dan Rupa, Wanita Solo Ini Tolak Pinangan Sri Sultan dan Bung Karno
Kisah ini adalah kisah unik tentang seorang wanita cantik yang menolak cinta empat tokoh pembesar di negara kita, Indonesia.
Editor: Robertus Rimawan
TRIBUNNEWS.COM - Kisah ini adalah kisah unik tentang seorang wanita cantik yang menolak cinta empat tokoh pembesar di negara kita, Indonesia.
Wanita tersebut merupakan wanita legendaris dari Kota Solo, Jawa Tengah.
Siapa sih dia?
Namanya Gusti Nurul, seorang putri dari Pura Mangkunegaran Solo, Jawa Tengah.
Gusti Nurul merupakan putri tunggal dari Raja Mangkunegaran, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo Mangkunegoro VII dan permaisurinya, Gusti Kanjeng Ratu Timoer.
Ayah Gusti Nurul adalah seorang ningrat dari Solo yang beristrikan putri dari Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.
Ibu Gusti Nurul adalah puteri ke-12 Sultan Hamengku Buwono VII dari permaisuri ketiga, GKR Kencono.
Gusti Nurul dikenal sebagai putri yang cantik dan cerdas.
IST - Kecantikan dan kecerdasan Gusti Nurul memikat banyak orang.
Kecantikan dan kecerdasannya itulah yang menarik hati para lelaki bangsawan dan hebat pada jaman itu untuk meminangnya.
Kecantikan Gusti Nurul yang termasyhur ini juga dibarengi dengan kepiawaiannya menari.
Suatu kali, di usianya yang masih 15 tahun, Gusti Nurul diminta datang secara khusus untuk menari di hadapan Ratu Wilhelmina di Belanda.
Tarian tersebut dipersembahkan sebagai kado pernikahan Putri Juliana.
Sejarah mencatat, selain cantik dan cerdas, ternyata Gusti Nurul juga seorang putri yang hatinya sulit ditaklukkan.
Empat orang tokoh pembesar negeri ini pernah dibuat patah hati karena cinta mereka pada Gusti Nurul bertepuk sebelah tangan.
Berikut ini adalah tokoh-tokoh legendaris Indonesia yang cintanya pernah ditolak oleh Gusti Nurul.
1. Sultan Hamengkubuwono IX
Sultan Hamengkubuwono IX adalah raja di Yogyakarta pada masa itu.
Ia tertarik pada kecantikan dan kecerdasan Gusti Nurul hingga akhirnya melamar secara resmi.
Namun Gusti Nurul menolak pinangan dari raja Yogyakarta tersebut.
Gusti Nurul mengungkapkan pada Sri Sultan HB IX bahwa dirinya takut tidak bisa tidur karena dimadu.
Sri Sultan Hamengkubuwono IX menerima penolakan tersebut dengan baik.
Ia hanya tersenyum dan melalui suratnya kepada Gusti Nurul, Sri Sultan HB IX mengatakan sampai kapan pun tidak akan mengambil permaisuri, hanya selir saja.
Konon kabarnya karena hal inilah Sultan HB IX tidak mengangkat permaisuri dan Sultan HB X merupakan anak dari selir kedua.
2. Soekarno
Pria yang menjadi orang nomor satu di Indonesia pada masa revolusi tersebut juga pernah terpesona dengan Gusti Nurul.
Namun, lagi-lagi Gusti Nurul menolak cinta dari Presiden Soekarno.
Soekarno memang tidak pernah secara langsung melamarnya, tapi dalam berbagai kesempatan saat bertemu, Bung Karno selalu berkelakar, “Wah, saya kalah cepat sama suamimu.”
Bung Karno bahkan meminta Basuki Abdullah untuk membuat lukisan potret diri Gusti Nurul.
Gusti Nurul pernah diundang ke Istana Cipanas, Bogor, dan Bung Karno meminta Basuki Abdullah untuk melukisnya.
Lukisan tersebut kemudian dipasang di ruangan kerja Bung Karno.
3. Sutan Sjahrir
Gusti Nurul bertemu dengan Sutan Sjahrir pada saat perundingan perjanjian Linggarjati 1946.
Setelah pertemuan tersebut, hubungan keduanya lebih banyak terjadi lewat surat.
Sutan Sjahrir sering memberikan kado yang diselipi sebuah surat kepada Gusti Nurul.
Sutan Sjahrir yang saat itu menjabat sebagai perdana menteri pernah melamar Gusti Nurul.
Namun Gusti Nurul kembali menolak lamaran tersebut karena Sutan Sjahrir sudah beristri seorang wanita Belanda.
4. Kolonel GPH Djatikusumo
Gusti Pangeran Harjo Djatikusumo adalah putra Raja Solo, Pakubuwono X.
Saat itu, ia juga menjabat sebagai panglima Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) yang pertama.
Gelar dan juga kehebatan Kolonel GPH Djatikusumo ternyata juga tidak bisa meluluhkan hati Gusti Nurul.
Gusti Nurul tidak mau menikah dengan pria yang terlibat dengan politik.
Sehingga untuk keempat kalinya Gusti Nurul menolak cinta dari seorang lelaki yang hebat.
Pada akhirnya, Gusti Nurul memilih untuk mencintai dan dicintai oleh seorang lelaki biasa yang tidak memiliki jabatan tinggi di Indonesia.
Dia menikah dengan Surjo Sularso, sepupu lelakinya yang hanya seorang tentara dengan jabatan kolonel.
Belajar dari kisah ini, ternyata memang ada cinta yang tidak memandang jabatan dan rupa.
Buktinya seorang putri keraton yang cantik dan cerdas seperti Gusti Nurul saja lebih memilih menikahi lelaki biasa dan menolak cinta lelaki lain yang lebih hebat dan punya kedudukan.
Lalu apa yang membuat kita takut memperjuangkan orang yang dicintai?(TribunSolo.com/ Galuh Palupi Swastyastu)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.