Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Usai Baca Koran Surya, Kakek 78 Tahun Ini Naik Sepeda dari Pacitan ke Banyuwangi

"Saya tahu kalau di Banyuwangi ada balap sepeda setelah baca Koran Surya. Akhirnya saya putuskan berangkat ke Banyuwangi,"

Editor: Choirul Arifin
zoom-in Usai Baca Koran Surya, Kakek 78 Tahun Ini Naik Sepeda dari Pacitan ke Banyuwangi
HARIAN SURYA
Bupati Banyuwangi bersama Aris Widodo, kakek yang bersepeda dari Pacitan-Banyuwangi. 

TRIBUNNEWS.COM, BANYUWANGI - Ajang olahraga sepeda International Tour de Banyuwangi Ijen (ITdBI) menjadi daya tarik tersendiri bagi sejumlah orang.

Salah satunya cyclist berusia 78 tahun, Aris Widodo. Ia mengayuh sepedanya dari Pacitan menuju Banyuwangi. Aris berangkat ke Banyuwangi setelah membaca Koran Surya.

"Saya tahu kalau di Banyuwangi ada balap sepeda setelah baca Koran Surya. Akhirnya saya putuskan berangkat ke Banyuwangi," kata Aris, Kamis (12/5/2016).

Aris pun berangkat naik sepeda kesayanganya ke Banyuwangi. Dengan sepeda yang diberi bendera Merah Putih di bagian boncengannya, Aris pun berangkat ke Banyuwangi.

Menurut Aris, balap sepeda ITdBI ini dirasanya cukup prestisius. Karena di ajang yang telah memasuki tahun kelima itu, berkumpul banyak orang yang cinta pada olahraga bersepeda.

"Saya merasakan kecintaan yang sama dengan mereka. Meski pun sekarang saya sudah tidak muda lagi, rasanya pengen ikut naik ke Gunung Ijen sambil bersepeda bareng pembalap-pembalap itu,” kata Aris bersemangat.

Aris mengatakan, bersepeda kini menjadi hiburan satu-satunya. Apalagi setelah istrinya meninggal dunia seratus hari yang lalu, ‎hanya bersepeda yang bisa menghibur kesedihannya.

Berita Rekomendasi

"Anak dan cucu saya bisa memahami hobi saya ini," kata Aris.

Sepeda berwarna merah yang menjadi tunggangan setianya tersebut diberi oleh seorang rekannya 23 tahun yang lalu. Hingga kini kondisinya masih nyaman dipakai dan Arif pun benar-benar merawatnya dengan baik. Sepeda itu bersama Aris sejak 1993 lalu.

"Sepeda ini baru lima kali pecah ban. Padahal saya sudah membawanya melintasi banyak negara seperti Singapura, Malaysia, Vietnam dan Thailand,” kata kakek yang tinggal di Desa Krajan, Kecamatan Arjosari, Kabupaten Pacitan tersebut.‎

Seolah tak ingin dianggap sekedar mengarang-ngarang cerita, Arispun mengambil album foto kecil di tas pinggangnya yang selalu dibawanya kemana-mana.

Album tersebut berisi foto kenangannya ketika mengunjungi beberapa negara. Dia selalu menyempatkan diri untuk berfoto bersama sepedanya dengan background ikon negara atau daerah yang didatanginya.

"Saya merasakan kecintaan yang sama dengan mereka. Meski pun sekarang saya sudah tidak muda lagi, rasanya pengen ikut naik ke Gunung Ijen sambil bersepeda bareng pembalap-pembalap itu,” kata Aris bersemangat.

Aris mengatakan, bersepeda kini menjadi hiburan satu-satunya. Apalagi setelah istrinya meninggal dunia seratus hari yang lalu, ‎hanya bersepeda yang bisa menghibur kesedihannya.

"Anak dan cucu saya bisa memahami hobi saya ini," kata Aris.

Sepeda berwarna merah yang menjadi tunggangan setianya tersebut diberi oleh seorang rekannya 23 tahun yang lalu. Hingga kini kondisinya masih nyaman dipakai dan Arif pun benar-benar merawatnya dengan baik. Sepeda itu bersama Aris sejak 1993 lalu.

"Sepeda ini baru lima kali pecah ban. Padahal saya sudah membawanya melintasi banyak negara seperti Singapura, Malaysia, Vietnam dan Thailand,” kata kakek yang tinggal di Desa Krajan, Kecamatan Arjosari, Kabupaten Pacitan tersebut.‎

Seolah tak ingin dianggap sekedar mengarang-ngarang cerita, Arispun mengambil album foto kecil di tas pinggangnya yang selalu dibawanya kemana-mana.

Album tersebut berisi foto kenangannya ketika mengunjungi beberapa negara. Dia selalu menyempatkan diri untuk berfoto bersama sepedanya dengan background ikon negara atau daerah yang didatanginya.

Penulis: Haorrahman

Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas