Komisi C DPRD Surabaya: Lebih Baik Bangun MRT, Trem Hanya Tambah Bikin Macet
Komisi C DPRD Surabaya megusulkan MRT sebagai sarana transportasi massal ketimbang trem yang akan menambah penumpukan kendaraan di jalan Surabaya.
Penulis: Monica Felicitas
Editor: Y Gustaman

Laporan Wartawan Surya, Monica Felicitas
SURYA.CO.ID, SURABAYA - Anggota Komisi C DPRD Surabaya, Vincentius Awey, mengatakan proyek transportasi massal berupa trem di Kota Surabaya mestinya sudah berjalan sejak 2015.
Kepada Surya, Selasa (7/6/2016), Awey mengatakan MuU mengenai pengadaan trem sudah dilakukan antara PT KAI, Kementerian Perhubungan dan Pemkot Surabaya pada April 2015.
Dalam nota kesepahaman itu, Kemenhub selaku penyedia anggaran melalui APBN dan pembangunan konstruksi, sementara PT KAI menyiapkan lahan untuk depo trem sekaligus operator, sementara Pemkot Surabaya bertugas mendukung kelancaran pembanguan seperti mengatur lalu lintas selama proyek.
"Dari awal Pemkot bilang penggarapan pada Maret 2016 sudah berlalu. Sekarang Juni belum juga nampak. Karena pembangunan trem ini enggak bisa dilakukan langsung, karena harus bertahap," ujar Awey.
Menurut dia tahapan proyek di antaranya membangun depo atau stasiun trem di Jalan Bumiarjo-Joyoboyo, pemasangan jalur hingga Darmo, berlanjut ke utara hingga Jalan Indrapura, jalan Rajawali.
"Baru di sepanjang jalan dibangun shelter, itu baru baru tahap pertama," papar dia.
Ia menambahkan, pada tahap kedua adanya pengintegrasian jalur trem dengan pelabuhan Tanjung Perak. Serta tahap ketiga menghubungkan jalur trem hingga terminal Purabaya lewat Frontage Road Barat.
"Dengan demikian, masyarakat bisa memarkirkan kendaraan pribadi di terminal Purabaya dan melanjutkan perjalanan dengan menggunakan trem menuju pusat kota Surabaya. Tapi kan enggak semudah itu, jangan samakan orang kita dengan orang Eropa, jangan sampai ini menjadi bumerang, terlanjur dibangun ternyata masyarakat masih tidak mau beralih ke transportasi umum, masih dengan kendaraan pribadi," imbuh dia.
Ia mengatakan hal tersebut dapat terealisasi, kecuali adanya peraturan baru mengenai kendaraan pribadi di Surabaya.
"Misalnya adanya pajak retribusi besar, atau jalan memang dikhususkan untuk moda transportasi umum. Kalau masih sama saja, yang dikhawatirkan malah trem ini akan menambah volume kemacetan, karena menjadi satu jalur dengan kendaraan lainnya," tegas dia.
Ia menambahkan problem Surabaya selama ini adalah belum tersedianya layanan angkutan umum yang aman, nyaman, cepat, ramah lingkungan dan terpadu.
Upaya Pemkot selama ini hanya menambah kapasitas dan panjang jalan pada ruas yang menghubungkan pusat dengan kegiatan bisnis.
Nantinya jalur trem akan menjadi satu dengan jalur kendaraan umum. Awey menghkhawatirkan justru volume kecelakaan bakal meningkat karena jalur kendaraan umum menyatu dengan jalur trem.
Ia menambahkan, trem merupakan kreta yang tidak serta merta dapat mengerem mendadak. Jalur trem di jalan juga berakibatb pada licinya jalan pengguna kendaraan roda dua.
"Saya pribadi sebenarnya tidak setuju. Karena adanya trem ini justru malah akan makan tempat. Yang saya sarankan, lebih baik membuat MRT, karena ini untuk jangka panjang. Kalau trem ini dulu sebenarnya sudah ada tahun 70an. Jangan hanya mencari pengiritan, tetapi tidak melihat jangka panjangnya," tegas Awey.