Keponakan Bupati Simalungun Tewas Dibunuh Pelajar
Pelaku kabur dengan membawa sepeda motor dan membawa perhiasan emas berupa kalung dan cincin milik korban.
Editor: Choirul Arifin
TRIBUNNEWS.COM, SIMALUNGUN- Marhaposan Siahaan (28), salah satu keponakan Bupati Simalungun JR Saragih, ditemukan tewas dan terkubur di ladang jagung Kampung Baru, Nagori Dalig Raya, Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun, Kamis (9/6/2016).
Marhaposan merupakan staf administrasi Universitas Efarina Pematang Raya.
Dia ditemukan setelah petugas Polres Simalungun menyelidiki laporan orang hilang yang dilaporkan Risma boru Siahaan, kakak kandung korban ke Polres Simalungun pada 4 Juni 2016.
Korban berdomisili di kompleks SKPD Pemkab Simalungun, tepatnya di depan kantor Dinas Kesehatan. Dia menghilang dari kediamannya sejak 31 Mei 2016.
Berdasarkan hasil penyelidikan, petugas meringkus JDG (16) yang diduga pelaku pembunuhan. JDG merupakan pelajar kelas II SMA GKPS.
Dia ditangkap di Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang, Rabu (8/6/2016) pukul 21.00 WIB.
Awalnya, polisi melacak keberadaan JDG. Petugas pun segera meluncur ke Lubuk Pakam, tetapi tak berhasil menemukannya.
Akhirnya JDG ditangkap di kediaman kakeknya marga Sipayung.
Semula polisi tidak mencurigai JDG telah membunuh Marhaposan.
Polisi hanya mencurigai karena JDG memakai sepeda motor milik korban.
"Awalnya kita tak menyangka dia membunuh. Kita interogasi saja dari mana sepeda motor didapat," kata salah satu penyidik, Kamis (9/6/2016).
"Kata pelaku dibeli dari marga Siahaan. Kita ajak menjumpai rumah marga Siahaan itu, dia tak mau. Kita tunjukkan gambar pemilik sepeda motor akhirnya dia tak bisa mengelak lagi," imbuh penyidik.
Dari hasil interogasi, pelaku mengakui telah membunuh korban dan menguburkan korban di ladang milik kakeknya di Kampung Baru, Kelurahan Dalig Raya, Kecamatan Raya.
Pelaku berdalih kesal terhadap korban melakukan pelecehan seksual terhadapnya ketika mereka berada di ladang tersebut.
"Saat kita tanya di mana dikubur. Pelaku ini terlihat tenang menunjukkannya, berbeda dengan pelaku pembunuhan lain, tenang dia menjawab seperti tak ada beban sedikit pun," ucap penyidik.
Menurut JDG kepada penyidik, pada Selasa (31/5/2016) sekitar pukul 21.00 WIB, korban menghubunginya dan mengajaknya bertemu di depan SMA Sondi Raya.
Setelah bertemu, mereka berkeliling di Raya dengan menggunakan sepeda motor Honda Vario warna putih nopol T 3751 BO milik korban.
Bosan keliling, keduanya memilih istirahat. Kemudian keduanya naik sepeda motor menuju ladang milik kakek pelaku di Kampung Baru Nagori Dalig Raya, Kecamatan Raya, persis berjarak 700 meter dari jalan besar Raya-Saribudolok.
Sesampainya di ladang, keduanya pun duduk-duduk di gubuk sambil menyalakan api unggun.
Ketika pelaku buang air kecil di samping gubuk, tiba-tiba korban memegang kemaluan tersangka dari belakang.
Merasa kesal hingga akhirnya dia mengambil sebilah pisau pemotong babi di atas seng gubuk. Pelaku menikam perut korban dua kali sehingga korban terkapar.
Melihat korban sudah terkapar bersimbah darah, pelaku mengambil sebuah cangkul yang berada di gubuk.
Dia menggali tanah lebih kurang 20 meter dari gubuk dengan kedalaman satu meter dan mengubur korban.
Pelaku kabur dengan membawa sepeda motor dan membawa perhiasan emas berupa kalung dan cincin milik korban. Ia juga membakar handphone milik korban.
Mendapat keterangan itu, Kamis (9/6 2016), sekitar pukul 00.30 WIB, petugas pun membawa tersangka ke lokasi kejadian.
Dari lokasi tersebut, Polres Simalungun langsung menggelar dan melakukan prarekonstruksi serta menggali tanah di mana tersangka mengubur korban.
Seusai melakukan prarekonstruksi pada pukul 03.15 WIB, mayat korban berhasil ditemukan dan diangkat, kemudian dibawa ke RSUD dr Djasamen Saragih, Pematangsiantar, untuk diotopsi.
Kepala Forensik dr Reinhard Hutahean ketika dikonfirmasi mengatakan, korban mengalami proses pembusukan lanjut selama seminggu. Ditemukan dua luka tusuk tembus pada bagian perut dan dada.
"Hasil bersih pada saluran paru-paru dan pastinya korban sudah tewas baru dikubur. Dan mengenai kematian korban kita tak bisa pastikan kematiannya," kata Reinhard.
Penulis: Tigor Munthe