Pesantren Ramadan SMKN 1 Pontianak Dukung Gerakan Bebas Buta Huruf Alquran
Sebanyak 240 siswa-siswi muslim SMKN 1 Pontianak, mengikuti Pesantren Ramadan selama sepekan di SMKN 1 Pontianak, Jl Danau Sentarum, Pontianak Kota.
Penulis: Tito Ramadhani
Editor: Dewi Agustina
Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Tito Ramadhani
TRIBUNNEWS.COM, PONTIANAK - Sebanyak 240 siswa-siswi muslim SMKN 1 Pontianak, mengikuti Pesantren Ramadan selama sepekan di SMKN 1 Pontianak, Jl Danau Sentarum, Pontianak Kota, sejak Kamis (9/6/2016) dan berakhir pada Jumat (17/6/2016) malam.
Pesantren kilat kali ini, menurut Kepala Sekolah SMKN 1 Pontianak, Abriyandi diselenggarakan bekerjasama dengan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) cabang Pontianak.
"Buka puasa bersama hari ini, merupakan rangkaian penutup kegiatan Pesantren Ramadan. Kami maunya semua, namun ini tidak semua, hanya siswa-siswi dari enam kelas di kelas X. Ini memang tidak kami wajibkan, kami mau melihat yang bersungguh-sungguh ingin belajar," ujarnya saat ditemui Tribun Pontianak (Tribunnews.com Network), Jumat (17/6/2016).
Dijelaskan Abriyandi, berawal pada Selasa (7/6/2016), ia melihat gejala bahwa tidak semua anak-anak didiknya yang beragama Islam dapat membaca Alquran.
Ia lantas menanyakan hal tersebut kepada guru agama Islam di sekolah yang dipimpinnya, apa program pesantren yang akan digelar.
Untuk kemudian meminta mengecek, berapa siswa yang bisa baca Alquran dan berapa yang tidak bisa sama sekali membaca Alquran.
"Ternyata setelah dites, ada yang memang tidak bisa, ada yang sudah 'lupa', jadi lupanya oleh karena dulu mengaji semasa kecil di TPA, setelah itu mungkin sampailah dia SMA tak pernah lagi membuka apalagi membaca Alquran," ungkapnya.
Membaca Alquran, menurut Abriyandi merupakan pintu utama untuk mengenal Islam. Jika tidak dapat membaca Alquran, tentu menjadi suatu persoalan bagi kita yang mengklaim beragama Islam.
"Oleh karenanya saya memberitahu para guru, agar membuat program nyata mengajar baca Alquran, hingga nanti libur pada tanggal 18 Juni. Kebetulan, rekan-rekan dari HMI berinisiatif menyambangi SMKN 1 Pontianak, untuk menyelenggarakan pesantren kilat. Idenya nyambung, kami bersama fokus pada penuntasan buta huruf Alquran," paparnya.
Karena jika dalam masa pesantren Ramadan, biasanya hanya sekadar memberikan ceramah. Namun, tak ingin hanya bersifat seremonial belaka, ia lantas menginginkan siswa-siswi di sekolah tersebut dapat mengenal huruf, membaca hingga melantunkan ayat-ayat suci Alquran.
"Ini nyata, alhamdulillah sepertinya menunjukkan hasil yang positif. Bagi saya ini baru langkah awal, perubahan besar nanti pada penerimaan siswa baru, pada Matrikulasi sekitar sebulan lebih, jadi nanti ada kejar ibadah, saya tergetkan yang tidak bisa baca Alquran, wajib bisa, mulai dari kelas X," terangnya.
Kegiatan ini, menurutnya sebagai upaya pihaknya untuk meningkatkan dan memperbaiki moralitas anak, agar kedepannya dapat menjadi siswa-siswi yang memiliki akhlak yang baik, tidak hanya di sekolah namun juga di lingkungan masyarakat.
Sementara itu, Ketua HMI Cabang Pontianak, Fazlurrahman Lubis menuturkan, program Gerakan Bebas Buta Huruf Alquran tersebut telah ditetapkan dalam rapat kerja, untuk digelar pada bulan suci Ramadan.
"Ini kami mengikuti caranya kawan-kawan HMI Medan. Bentuk kegiatannya, belajar mengajar mengaji, itu memang target kami. Kemudian kami selingi dengan permainan dan kuis, hingga nonton bareng," terangnya.
Selama sepekan Pesantren Ramadan, menurut Fazlurrahman ditemukan sebanyak 15 orang pelajar yang buta huruf Alquran, dan pada kegiatan tersebut sudah dapat memasuki tahap mengenal huruf-huruf Hijaiyah.
"Untuk mengaji selanjutnya, kami mengharapkan pihak sekolah menindaklanjuti selanjutnya," jelasnya.
Satu di antara santri, Dwi Hariyono (16) mengatakan pada Pesantren Ramadan tersebut, ia diajarkan mengaji. Tak hanya dia, siswa-siswi lainnya yang sebelumnya tidak begitu lancar mengaji, akhirnya dapat sedikit lebih lancar mengaji.
"Alhamdulillah sangat menikmati, yang dipelajari baca Alquran, hukum-hukum baca Alquran. Jadi apa yang dipelajari langsung dipraktikkan," ujarnya.
Dwi mengungkapkan rasa syukurnya dengan adanya kegiatan tersebut, ia dapat belajar lebih banyak.
"Kami setiap Jumat memang sering baca Surah Yassin di kelas," ungkapnya.
Salah satu di antara santriwati, Rini (16) menambahkan, dalam pesantren tersebut, siswa-siswi dites satu persatu. Kemudian dipisahkan sesuai dengan kemampuan masing-masing.
"Jika ada yang cukup fasih dan lancar, maka akan membantu teman-teman yang kurang lancar. Semua bersama-sama belajar tentang tajwid, hukum-hukum baca Alquran, dan belajar lebih dalam lagi mempelajari ilmu agama. Kalau saya alhamdulillah setiap pagi membaca Surah Yassin," sambung Rini.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.