Tiga TKI Diculik, Kapal Perang TNI Menyisir di Malaysia
Tiga kapal perang TNI disiagakan untuk menyisir Perairan Malaysia menyusul penculikan tiga Tenaga Kerja Indonesia (TKI)
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribun Kaltim, Niko Ruru
TRIBUNNEWS.COM, NUNUKAN- Tiga kapal perang TNI disiagakan untuk menyisir Perairan Malaysia menyusul penculikan tiga Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Nusa Tenggara Timur.
“Tiga KRI tersebut sudah siap melakukan perintah dan stand by di Pos Merabong,” ujar Kapten Yoso, LO TNI di Konsulat Republik Indonesia Tawau.
Tiga TKI masing-masing Lorence Koten (34) selaku juragan kapal, Teodorus Kopong (42) dan Emanuel (40) masing-masing sebagai anak buah kapal, diduga diculik sekelompok pria bersenjata asal Filiphina saat sedang menangkap ikan di atas kapal pukat tunda LD/114/5S milik Chia Tong Lim, Sabtu (9/7/2016) sekitar pukul 24.00 di perairan kawasan Felda Sahabat, Tungku, Lahad Datu, Negara Bagian Sabah, Malaysia.
Yoso mengatakan, KRI Banggi 36 dioperasikan untuk menyisir Perairan Felda Sahabat 16, kemudian KRI RH 44 di Perairan Pos Merabong sedangkan KRI RH 8 untuk melakukan penyisiran ataupun pengintaian di Perairan Pos Merabong. Penculikan tiga warga negara Indonesia itu disikapi tegas TNI Angkatan Laut.
"Pusop mendapat maklumat penculikan tersebut dari IPD Lahad Datu pada 10.04 dan telah menggerakkan aset laut untuk pemantauan dan memastikan kapal penculik,” katanya.
Konsul pada Konsulat Republik Indonesia (KRI) Tawau, Abdul Fatah Zainal melalui pesan WhatsApp sebelumnya mengatakan, penculikan itu dilaporkan Chia Tong Lim, pemilik kapal pukat tunda LD/114/5S. Chia Tong Lim yang baru setahun menetap di Kampung Cina, Lorong Satu, Pekan Kunak, melaporkan penculikan itu sekitar pukul 04.17, Minggu (10/7/2016).
"Pemilik telah membuat laporan Polisi mengatakan bahwa Nelis pekerja kapal pukat tunda etnis Timor, Indonesia, ketika sedang menangkap ikan telah disergap oleh sebuah boat panjang dinaiki lima lelaki bersenjata api dan telah menculik tiga orang pekerja NTT termasuk juragan kapal sebagai pelapor kejadian," katanya.
Chia Tong Lim kepada Polis Diraja Malaysia menceritakan, saat kejadian terdapat tujuh orang pekerja di atas kapal. Empat orang WNI etnis Timor sedangkan tiga lainnya suku Bajau, Palauh Filiphina.
Kepada staf KRI Tawau, Chia Tong Lim menceritakan, lima pria bersenjata api laras panjang itu menghentikan paksa kapal pukat dengan menodongkan senjata mereka.
"Tiga anak kapal suku NTT mengaku memiliki paspor Indonesia dibawa penculik. Sedangkan empat yang lain yaitu 1 warga Indonesia dan 3 Palauh dibebaskan karena tidak mempunyai dokumen,” ujarnya.
Pria bersenjata itu mengambil telepon seluler milik ketiga anak buah kapal berikut paspor yang dimiliki. Kelompok bersenjata itu juga membebaskan empat awak lainnya masing-masing Sar (27) asal NTT, Anukari (20), Paketoh (25) dan Almi (30) suku Bajau Pelauh.
“Boat ikan LD/113/5S bersama empat anak kapal telah dibawa ke pelabuhan laut pengkalan Marabong Tungku, Lahad Datu,” ujarnya.
Dari informasi pekerjanya yang berhasil lolos dari penculikan, Chia Tong Lim menceritakan, lima pria bersenjata itu diduga membawa M16, M16 double body dan M14. Kelimanya menaiki speed boat berwarna putih.
"Tiga lelaki berpakaian baju warna hitam dan celana loreng naik kapal pukat tunda tersebut,” ujarnya.
Di atas kapal, dengan berbahasa melayu tidak lancar, pria bersenjata itu mempertanyakan dokumen yang dimiliki para awak kapal.
“Dari bahasanya diduga mereka orang Suluk,” ujarnya.
Belum dipastikan, darimana kelompok penculik berasal? Namun diketahui kelompok yang aktif melakukan penculikan selama perayaan Idul Fitri berasal dari Muktadil Brother yang diketuai Nikson Muktadil. Serta kelompok Brown Muktadil yang bersembunyi di Languyan, Tawi-tawi, Filipina.