Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Perajin Batik Mangrove Wonorejo Kebanjiran Order dari Peserta Prepcom

Pelaksanaan Preparotary Committe (Prepcom) for United Nation Habitat III Surabaya 25 - 27 Juli 2016 ternyata membawa berkah bagi warga Surabaya

Editor: Sugiyarto
zoom-in Perajin Batik Mangrove Wonorejo Kebanjiran Order dari Peserta Prepcom
surya/habibur rohman
KE MANGROVE - Rombongan tamu asing melihat produk kerajinan di Area Hutan Mangrove wonorejo Surabaya, Selasa (26/7/2016). 

TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Pelaksanaan Preparotary Committe (Prepcom) for United Nation Habitat III Surabaya 25 - 27 Juli 2016 ternyata membawa berkah bagi sebagian warga Surabaya.

Salah satunya para perajin batik Alam Pesisir (Alsier) motif mangrove Wonorejo. Mereka mendadak kebanjiran order dan omzet penjualannya pun meningkat.

Lilik Endang (51), dan Sujiah (53), terlihat sibuk menata beberapa kain batik motif mangrove buatannya. Mereka merupakan perajin batik mangrove Wonorejo.

Dalam kegiatan UN Habitat ini, kedua orang asli Surabaya ini dilibatkan sebagai instruktur membatik untuk para tamu dari delegasi negara peserta UN Habitat sekaligus mengadu nasib mempromosikan dan menjual handicraft berupa kain batik buatannya.

Mereka terlihat sangat senang sekali, meski rasa lelahnya sudah memuncak. Maklum, dua hari mereka lembur mempersiapkan untuk menyambut UN Habitat ini.

Apalagi, beberapa kain batik mereka laku terjual. Banyak tamu asing yang tertarik dengan batik motif mangrove asli Wonorejo dan membelinya sebagai buah tangan.

Kepada Surya.co.id, Lilik mengaku, kain batiknya laris manis dibeli para tamu luar negeri. Dalam sehari, ia pun meraup untung jutaan.

BERITA TERKAIT

"Meski saya tadi repot jadi instruktur membatik, tapi ternyata batik saya juga laku terjual. Kata menantu saya tadi ada 10 kain batik yang dibeli sama bule," katanya sumringah.

Ibu tiga anak ini mengatakan, biasanya 10 kain itu terjual dalam jangka waktu sebulan.
Namun, karena ada event ini, omzet penjualannya pun berpengaruh.

"Bersyukur yang pasti. Tapi, agak sedikit menyesal sih karena waktu kunjungan ke Mangrove cuma sebentar tidak sampai 2 jam. Semisal waktunya agak lama, mungkin kain batik saya akan semakin banyak yang terjual," terangnya.

Lilik mengatakan, mempertahankan batik mangrove ini memang susah. Apalagi di era seperti ini, banyak pesaing perajin batik modern yang hasil karya lebih baik.

"Tapi saya tidak mundur, meski banyak teman yang sudah beralih profesi dari perajin batik mangrove. Ternyata tekad saya mempertahankan batik asli Surabaya ini juga mendapatkan hati bagi para bule," katanya.

Menurutnya, ciri khas batik ini dari motif mangrovenya. Apapun warna kainnya, apapun corak atau hiasan penunjangnya, motifnya tetap mangrove.

"Ini yang kami tampilkan sehingga batik Alsier ini bisa bersaing. Tidak ada di tempat lain yang membut batik motif mangrove kalau tidak di Wonorejo," katanya.

Pembuatannya pun , dikatakan Lilik juga cukup ribet. Satu kain batik dengan motif mangrove itu dikerjakan dalam waktu seminggu.

Motifnya pun bervariasi, ada yang motif dengan tingkat kesulitan rendah ataupun tinggi.

"Tapi yang paling lama itu tahap pewarnaan kainnya, untuk gambar dan canting hanya sehari pun cukup," tandasnya.

Sedang Sujiah merasakan hal yang sama seperti dialami Lilik. Ia mengaku batiknya pun diminati para tamu dari luar negeri.

"Kalau saya lebih ke kemejanya sih, ada sekitar enam kemeja yang sudah terjual. Untuk kainnya hanya empat potong yang terjual," ujarnya.

Ibu dua anak ini menambahkan, untung yang didapatkannya pun jutaan. Satu kemeja dijualnya dengan harga Rp 200.000, sedangkan untuk kain dijualnya dengan harga Rp 300.000.

"Untung yang saya dapatkan sekitar 50 persen dari harga jual, karena sisanya untuk modal produksi," paparnya.

Ia mengatakan, batik mangrove ini memang bisa dikatakan batik langka. Sebab, tidak ada yang membuat batik motif mangrove di tempat lain.

"Oleh karena itu, kami memasang harga tinggi, batik mangrove ini semakin tren setelah dibukanya wisata mangrove di Wonorejo," tandasnya.

Ia berharap, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya terus mengadakan event-event besar. Ia meyakini semakin banyak tamu asing ataupun lokal yang datang ke Wonorejo bisa meningkatkan omzet penjualannya.

"Saya justru akan senang kalau ada event meskipun capek tapi terbayarkan karena karya batik saya disenangi banyak orang. Tidak hanya itu, kalau mereka cocok dengan motif mangrove kan tidak menutup kemungkinan kembali lagi kesini," pungkasnya.

Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas