Tim Mahasiswa ITS Surabaya Ciptakan Mesin Penyayat Bambu
Mereka membuat mesin yang terbukti meningkatkan produktifitas perajin anyaman bambu UD Putri Ragil, Magetan.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Inovasi tim mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya yang akan mengikuti Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke-29 membawa keuntungan bagi para pengerajin bambu di Magetan, Jawa Timur.
Mereka membuat mesin yang terbukti meningkatkan produktifitas perajin anyaman bambu UD Putri Ragil, Magetan.
Produk kerajinannya, antara lain, topi, bakul, dan kerajinan furniture lainnya dari anyaman bambu yang biasa disebut sesek.
Wakil ketua tim mahasiswa, Muhammad Faisol dari D3 Teknik Mesin, menuturkan, untuk menggunakan mesin penyayat bambu ini, sebelumnya bambu utuh harus dipotong hingga ukuran panjang 40 cm, lebar 5 cm dan tebal 1,5 cm.
Bambu diitata dalam mesin hingga 15 potong. Setelah itu mesin ditutup, kemudian dihidupkan dengan tenaga angin dari kompresor.
"Dengan mesin, satu hari bisa menghasilkan 13.500 sayatan. Kalau manual (pakai pisau), UD Putri Ragil hanya menghasilkan 600 sayatan per harinya," jelasnya saat pemaparan produk inovasi PIMNAS di Gedung dr Angka Lantai 3 IT Surabaya, Senin (1/8/2016).
Faisol mengatakan, ide membuat mesin penyayat bambu ini hasil dari diskusinya dengan empat teman lainnya (tim PIMNAS) gabungan dua jurusan yaitu D3 Teknik Mesin Disnaker dan D3 Teknik Elektro ITS.
"Kami melihat pertumbuhan bambu mencapai 36 juta, dan ini berbanding terbalik dengan perajin bambu yang hanya beeberapa persen."
"Makanya dengan alat ini kami berharap bisa menciptakan alternatif alat baru. Sebelumnya sudah ada alat yang sama namun hanya menghasilkan 200 sayatan satu harinya," terangnya.
Untuk membuat alat penyayat ini, tim yang terdiri dari Alfiana Hidayati (D3 Teknik Mesin Disnaker), Muhammad Faisol (D3 Teknik Mesin), Sarlita Pigafeta, (D3 Teknik Mesin Disnaker), Febby Ayu Ramadhani (D3 Teknik Elektro), dan Luqman Santoso (D3 Teknik Mesin Disnaker) menghabiskan dana Rp 8, 5 juta untuk satu buah mesin.
"Saat ini kami masih akan fokus pada hak paten mesin ," tambah Alfiana Hidayati terlihat optimis.