Kisah Mistis Noni Belanda dalam Renovasi Gedung Grahadi Surabaya
Salah satu kontraktor pelaksana rehab Gedung Negara Grahadi Surabaya memilih menggelar ritual khusus sebelum pelaksanaan rehab.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Salah satu kontraktor pelaksana rehab Gedung Negara Grahadi Surabaya memilih menggelar ritual khusus sebelum pelaksanaan rehab.
Hingga empat bulan ke depan, gedung berusia ratusan tahun itu akan direnovasi dengan anggaran sekitar Rp 3 miliar.
Mulai Selasa (23/8/2016), pelaksanaan renovasi gedung di zaman Belanda itu mulai dibongkar.
"Tidak dibongkar total. Hanya akan dihilangkan semua plafon dan meremajakan sistem kelistrikan dan hydran," kata Wiratmoko, pelaksana proyek renovasi gedung negara Grahadi dari PT Wiratama Graha.
Diperkirakan gedung negara ini tidak bisa digunakan untuk kegiatan gubernur hingga Desember 2016.
Bahkan saat Provinsi Jatim Ulang Tahun pada Oktober mendatang juga tak bisa memanfaatkan gedung bersejarah tersebut.
Sejumlah titik gedung akan direhab. Mulai dari gedung utama Grahadi, selasar kanan dan kiri gedung.
Kemudian sisi lain. Wiratmoko menuturkan bahwa pihaknya bersama pekerja yang lain tidak berani grusa-grusu membongkar gedung peninggalan Belanda itu.
Mereka dilibatkan dalam ritual khusus untuk meminta izin membongkar gedung.
Minimal kulonuwun kepada "si empu atau penunggu" gedung agar lancar. Tidak ada dampak mistis dari aktivitas proyek renovasi gedung tua itu.
Entah karena pikiran para pekerja sendiri atau yang lain, saat membongkar plafon dan mengawali pembongkaran sistem kelistrikan para pekerja ketakutan.
Selain sistem kelistrikan, fire hydran system juga menjadi bagia pengerjaan renovasi.
Menurut pelaksana renovasi, sensor pada sistem pompa air kebakaran itu sudah tak berfungsi maksimal. Ketika terjadi kebakaran, tidak ada pipa air yang secara otomatis bisa menyemprot.
"Plafon utama di gedung tengah dan ruang pertemuan nanti akan dibongkar. Biar kerangka atap terlihat sehingga unik," kata Wiratmoko.
Selain lantai satu, lantai dua gedung itu juga akan direnovasi. Akan dilakukan perbaikan dinding dengan mengedepankan nilai artistik unik sebagai gedung cagar budaya. Tidak akan mengubah bentuk dan fungsinya.
Pelaksana renovasi gedung itu menuturkan bahwa saat berlangsungnya puncak Hari Jadi Provinsi Jatim pada 12 Oktober 2016 akan dimaksimalkan.
Diharapkan gedung lantai satu tuntas dan bisa dimanfaatkan. Kemudian lantai dua menyusul dituntaskan.
"Untuk atap genting tetap harus seperti semula, genting karangpilang. Ini sesuai arahan Tim Cagar Budaya Surabaya," katanya.
Kepala Biro Umum Setdaprov Jatim Hizbul Wathon menuturkan renovasi itu program Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang (CKTR) Provinsi Jatim.
"Diharapkan cepat tuntas dan kami nanti yang merawatnya," kata Wathon.
Termasuk perawatan interior, eksterior, taman, dan bagian lain menjadi tanggung jawab Biro Umum.
Diakui Wathon bahwa gedung yang konon berdiri pada 1796 ini terkenal angker.
Kerap ada sosok penampakan Nonik (perempuan Belanda) di gedung tua itu. Juga tentara Belanda yang kelihatan menjaga gedung.