Diduga Diracun Siswa, Guru SD Ini Sudah Sebulan Jalani Perawatan
Bayugi sempat dibawa ke rumah sakit akibat mengalami keracunan hingga akhirnya tak lagi mengajar hingga saat ini.
Penulis: Teuku Muhammad Guci Syaifudin
Editor: Wahid Nurdin
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Teuku Muh Guci S
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Guru SD Swasta Andir Mukti, Bayugi, masih belum mengajar hampir sebulan terakhir.
Hal itu pun diakui Kepala Sekolah SD Andir Mukti, Soleh Hidayat ketika dimintai keterangannya, Senin (29/8/2016).
Ia menyebut jika guru kelas enam itu masih dalam proses penyembuhan.
Tribun mencoba menghubungi Bayugi melalui kontak ponsel yang diberikan perwakilan sekolah.
Namun Bayugi belum mau memberikan keterangan terkait dengan sakit yang dialaminya.
Sebab ia disebut-sebut sempat mengalami keracunan setelah menengak air minum pada Kamis 21 Juli 2016.
Isu beredar jika Bayugi diracuni muridnya dengan cairan tertentu meski pihak sekolah telah membantahnya.
Bayugi sempat dibawa ke rumah sakit akibat mengalami keracunan hingga akhirnya tak lagi mengajar hingga saat ini.
Adapun status Bayu sendiri merupakan guru tetap di SD Andir Mukti.
Kepada Tribun, Bayugi mengutarakan keengganannya yang belum mau dimintai keterangan. "Iya nanti saya lagi istirahat dulu," kata dia melalui pesan singkat.
Ketika ditanya jenis sakit yang dideritanya, Bayugi tak menjelaskan secara rinci termasuk juga penyebabnya.
Ia pun tak menjawab apakah sakit yang dideritanya itu berkaitan dengan isu yang beredar tersebut. Ia hanya menyebut ada beberapa penyakit yang dideritanya.
"Lambung sama sesak," kata Bayugi singkat tak menjawab pertanyaan lainnya lagi.
Pesan berantai berisi murid meracuni guru di Kota Bandung beredar melalui pesan aplikasi WhatsUp, Senin (29/8/2016).
Tidak diketahui sumber pertama pengirim pesan berantai tersebut.
Berikut bunyi pesan itu :
Lagi2 guru mendapat kekerasan di sd andir mukti bdg.seorang murid kelas 6 sd tega meracuni guru dengan ethanol semoga pelakunya segera terungkap.besok polisi akan ke sd andir mukti.pihak sekolah segan karena anak tersebut keponakan kepala sekolah.
Penelusuran Tribun, sekolah tersebut berada di Jalan Sudirman BLK nomor 799, RT 6/6 Kelurahan Cijerah, Kecamatan Bandung Kulon, Kota Bandung. Lokasi sekolah tersebut berada di tengah permukiman warga. Untuk menuju sekolah harus melalui Gang Mama Oto sekitar 50 meter.
Pantauan Tribun di lapangan, SD Andir mukti merupakan sekolah swasta. Bangunan sekolah itu terdiri dari dua lantai. Sekolah itu menjadi satu dengan MTS.
Kepala Sekolah SD Andir Mukti, Soleh Hidayat, membantah bunyi pesan berantai tersebut. Namun ia membenarkan jika seorang guru SD Andir Mukti ada yang mengalami keracunan setelah menengak air minum.
"Guru kelas enam," kata Soleh kepada wartawan. Adapun nama guru itu Bayugi.
Soleh mengatakan, peristiwa itu sudah berlangsung lama. Ia menyebut, Bayugi mengalami keracunan pada Kamis 21 Juli 2016 sekitar 06.30 WIB. Bayugi memang menengak air putih yang diambilkan muridnya, yakni DS.
"Waktu itu kami sedang briefing soal kurikulum 2013. Tiba-tiba, Pak Bayugi mengalami keracunan," kata Soleh.
Soleh mengatakan, guru kelas enam itu langsung dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan. Tak butuh waktu lama, Bayugi bisa langsung mengajar kembali keesokan harinya meski kondisinya belum fit. Namun setelah itu Bayugi memilih beristirahat di rumah hingga saat ini.
"Sekarang Pak Bayugi tidak mengajar, masih dalam proses penyembuhan," kata Soleh.
Soleh mengatakan, murid yang mengambilkan air minum itu tak meracuni gurunya. Ia sendiri tak mengetahui penyebab pasti yang meracuni Bayugi. "Saya tanya ke anak, dia pakai gelas yang biasa diminum Pak Bayugi. Kemudian dicucinya, baru diisi air," kata Soleh.
Soleh mengatakan, Bayugi merupakan guru tetap di SD Andir Mukti. Meski tak meracuni, orang tua DS sudah meminta maaf kepada Bayugi akibat peristiwa. Itu mengapa ia heran dengan adanya pesan berantai yang beredar.
"Semuanya sudah beres," kata Soleh seraya menyebut, DS merupakan murid berkebutuhan khusus. "Pak Bayugi ini guru yang disukai muridnya, rasanya tak mungkin ada yang dendam," kata Soleh lagi. (cis)