Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Sidak Panti Pijat, Ridwan Kamil Pergoki Terapis dan Pelanggan Lagi Telanjang

Usai melongok setiap kamar, Ridwan kemudian menyuruh seluruh terapis untuk berkumpul di sebuah ruangan.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Sidak Panti Pijat, Ridwan Kamil Pergoki Terapis dan Pelanggan Lagi Telanjang
Kompas.com
Wali Kota Bandung Ridwan Kamil menggerebek Illvsion, sebuah tempat mesum berkedok panti pijat di Ir H Djuanda (Dago) Kota Bandung, Jumat (23/9/2016) sekitar pukul 17.00 WIB. 

TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Wali Kota Bandung Ridwan Kamil menggerebek Illvsion, sebuah tempat mesum berkedok panti pijat di Ir H Djuanda (Dago) Kota Bandung, Jumat (23/9/2016) sekitar pukul 17.00 WIB.

Kedatangan Ridwan Kamil mengejutkan para pegawai dan pelanggan. Tiba di lokasi, Ridwan langsung mengecek seluruh kamar. Tak begitu banyak pengunjung saat sidak dilakukan.

Di sebuah kamar, Ridwan memergoki seorang terapis dan pelanggan dalam keadaan telanjang. Ridwan menyuruh perempuan itu memakai handuk.

Usai melongok setiap kamar, Ridwan kemudian menyuruh seluruh terapis untuk berkumpul di sebuah ruangan.

"Semua kumpul. Kalian tahu gak kenapa tempat ini digerebek? Karena dipakai tempat asusila. Di Bandung jangan nantang Pemkot Bandung, ngarang aturan. Tadi yang buligir (telanjang) saya foto. Kalau sekadar hanya pijat memijat tidak begitu. Jadi buktinya sudah ada, tidak usah berdebat," tutur Ridwan kepada sekitar 30 terapis.

Emil, sapaan akrabnya, kemudian mengumpulkan kartu tanda penduduk (KTP) seluruh terapis.

"Tidak ada yang dilarang bekerja di Kota Bandung. Tidak ada hal yang dipersulit Pemkot Bandung selama bisnis itu ikut aturan. Sederhana kan," kata dia.

BERITA REKOMENDASI

Dari hasil wawancaranya dengan para terapis, Emil mendapat pengakuan bahwa tempat itu kerap dijadikan transaksi seksual. Setiap aktivitas seksual dibandrol dengan harga mulai dari Rp 800.000 hingga Rp 1 juta.

Salah seorang pegawai mengatakan, tempat itu sudah beroperasi sejak setahun lalu. Dia mengatakan, bangunan itu milik salah seorang investor asal Bekasi.

"Yang punya jarang ke sini, saya juga kurang tahu siapa yang punya ini," akunya.

Setelah melihat bukti surat-surat perizinan, Emil memerintahkan anggota Satpol PP untuk menyegel tempat tersebut.

Wajah Terapis


Siska (29) tak hentinya menutup wajah saat sorot kamera para jurnalis merekam tiap gerak-geriknya di sebuah ruangan berlampu redup. Aksi serupa juga turut dilakukan sekitar 30 perempuan lain yang berkumpul di sebuah kamar.

Begitulah suasana saat Wali Kota Bandung Ridwan Kamil menggerebek tempat transaksi seksual berkedok panti pijat itu.

Dalam ruangan berlampu temaram, puluhan perempuan yang berprofesi sebagai terapis itu duduk melingkar. Wangi parfum pun menusuk hidung. Ridwan Kamil berdiri di tengah mereka. Kepada para terapis, Ridwan mengabarkan bahwa tempat itu akan disegel.

"Jadi tempat ini kita segel, yah," kata Ridwan di tengah para wanita berbusana seksi itu.

Kalimat itu mengundang protes dari para terapis yang berusia kisaran 20-35 tahun. Menurut mereka, penyegelan itu terkesan tebang pilih. Pasalnya, masih banyak panti pijat yang turut membuka jasa layanan seksual namun luput dari perhatian pemerintah.

"Kalau ini ditutup tempat lain gimana Pak, kan di Bandung banyak yang begini. Harusnya semuanya diberantas biar adil," kata salah seorang terapis sambil menyebut lima nama tempat panti pijat tersohor di Bandung.

Menurutnya, razia tersebut akan membuat panti pijat lain "main aman" dengan menghilangkan paket pijat esek-esek.

"Kalau sudah begini (razia) mereka sudah bisa antisipasi," ucapnya.

Siska yang duduk di ujung kursi turut melontarkan keluhannya terhadap orang nomor satu di Bandung itu. Dia mengaku, desakan ekonomi yang membuatnya terpaksa memilih profesi sebagai terapis. Tiap layanan seks, Siska membanderol dengan harga Rp 800.000.

"Setelah dipotong manajemen saya hanya dapat Rp. 350 ribu sekali transaksi. Kami kerja begini siapa yang mau. Kita semuanya sudah punya anak. Kebanyakan kita korban lelaki, janda bodong, dicerai," keluh Siska.

Tawarkan kredit melati

Menanggapi keluhan para terapis, Ridwan pun memberikan solusi. Ia menawarkan para terapis untuk ikut program kredit tanpa agunan Melati (melawan rentenir).

"Saya kasih solusi. Mau dagang enggak? Kalau mau dagang saya kasih modal Rp 30 juta tanpa agunan, asal lima orang kolektif, berkelompok. Usahanya beda-beda di Bandung mah payu (laku) dagang apa saja juga. Nanti di sini ada koordinatornya saja. Saya kasih solusi hanya untuk warga Bandung," ucap Emil disambut antusias para terapis.

Emil pun memberi sedikit nasihat kepada para terapis. Menurutnya, tiap orang punya masalah hidup. Namun, cara yang dilakukan para terapis tak dibenarkan menurut aturan.

"Tiap orang punya masalah hidup, saya sudah bilang di Indonesia boleh ngapain saja asal jangan melanggar hukum," ungkapnya.

Dari hasil pendataan petugas, mayoritas para terapis berstatus janda. Sebanyak 60 persen para terapis itu memiliki KTP Kota Bandung. Sisanya berasal dari daerah tetangga seperti Kabupaten Bandung, Sumedang dan Subang.

Usai didata, Siska bersama rekannya bergegas mengganti baju. Secara bersamaan mereka pulang menerobos rintik hujan di pusat Kota Bandung.

Penulis : Kontributor Bandung, Dendi Ramdhani

Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas