Rekayasa Busuk Dimas Kanjeng dan Padepokannya Terungkap
Kedua istri yang suaminya tewas diduga kuat dihabisi pengikut Dimas Kanjeng Taat Pribadi bersuara. Termasuk rekayasa Dimas Kanjeng dengan padepokannya
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Surya, Izi Hartono
SURYA.CO.ID, SITUBONDO - Sejak awal sudah penuh rekayasa. Begitulah Dimas Kanjeng Taat Pribadi, pengasuh dan guru besar padepokan yang dipakai menggandakan uang.
Pria yang memiliki hobi memburu barang gaib ini merangkak naik bisa terkenal seperti sekarang berkat orang-orang dekatnya, salah satunya Ismail Hidayat.
Hubungan Ismail dan Dimas Kanjeng berlangsung sudah sejak lama, tepatnya pada 2010 silam. Setelah perkenalan itu, keduanya sepakat mendirikan padepokan.
Bibi Rasemjam menunjukkan foto kenangan suaminya Ismail dengan Dimas Kanjeng Taat Pribadi saat ditemui Surya di rumahnya, Panarukanm Jawa Timur, Kamis (29/09/2016). SURYA/IZI HARTONO
Baca: Pecatan TNI Suruhan Dimas Kanjeng Eksekusi Abdul Gani, Dapat Upah Rp 320 Juta
Bibi Rasemjan (41) bercerita suaminya Ismail, berperan mendirikan padepokan bersama Dimas Kanjeng. Padepokan mulai banyak dikenal orang, sehingga orang-orang dekat memberi gelar Dimas Kanjeng di depan nama Taat Pribadi.
"Sejak ada padepokan itulah penarikan uang dilarikan ke bisnis perdukunan. Jadi orang memberi mahar, diberi minyak dan keris," ujar Bibi Rasemjam kepada Surya di rumahnya di Desa Wringinanom, Kecamatan Panarukan, Kamis (29/9/2016).
Selanjutnya Ismail mencari pengikut yang mau uangnya digandakan. Ada juga orang dekat Dimas Kanjeng yang berperan seperti Ismail, yakni Abdul Gani.
MENJALANI PEMERIKSAAN - Dimas Kanjeng Taat Pribadi berjalan menuju ruang pemeriksaan di Subdit I Keamanan Negara Ditreskrimum Polda Jawa Timur, Surabaya, Rabu (28/9/2016). SURYA/AHMAD ZAIMUL HAQ
"Sejak itulah, Ismail dan Gani bertugas mencari pengikut untuk menanamkan modal," dia menambahkan.
Bibi menjelaskan, sejak September 2010 lalu suaminya sering mengadakan pertemuan dengan pengikutnya di lantai dua ruko miliknya.
Baca: Istri Kedua Blak-blakan Soal Dimas Kanjeng, Begini Pengakuannya
"Setiap pertemuan, biasanya selalu dihadiri Dimas Kanjeng Taat Pribadi," aku Bibi.
Bibi baru menyadari Ismail menjadi pengikut Dimas Kanjeng beberapa tahun setelah pertemanan mereka berdua. Kini Ismail sudah tewas dibantai pengikut Dimas Kanjeng.
Sebelum ditemukan tewas mengenaskan, Bibi kehilangan suaminya. Saat itu Ismail akan menunaikan salat Magrib di masjid yang tak jauh dari rumahnya.
Laila, istri kedua Dimas Kanjeng Taat Pribadi. SURYA/GALIH LINTARTIKA
Tak ketahuan di mana suaminya, Bibi melapor ke Polres Situbondo. Setelah 1.5 tahun dia baru mendengar penemuan mayat Mr X di Probolinggo sesuai ciri-ciri suaminya.
Berbekal informasi tersebut Bibi pergi ke Probolinggo untuk memastikan mayat Mr X tersebut. Terbukti Mr X tidak lain adalah Ismail, suaminya.
Ia menduga Ismail menjadi korban pembunuhan suruhan Dimas Kanjeng. Suaminya itu akan membuka kedok penggandaan uang yang selama ini dilakukan Dimas Kanjeng dan pengikutnya.
"Keluarga berharap kepada padepokan kanjeng, dihukum neraka jahanam saja tidak akan cukup," kata Enning menyampaikan harapannya.
Nasib Ismail juga menimpa Abdul Gani. Peran Abdul Gani di Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi sebagai pengepul uang warga yang ingin menggandakan uang.
Erwin Hariyati bercerita detik-detik suaminya sebelum ditemukan meninggal, pernah bercerita ingin ke Mabes Polri untuk melaporkan akal busuk Dimas Kanjeng selama ini.
"Suami saya sudah terancam, kalau keluar dari situ bakal terbunuh. Karena temannya yang dulu satu tahun sebelum suami saya meninggal sudah dibunuh speerti itu," cerita Hariyati di rumahnya, Desa Benculuk, Kecamatan Cluring, Banyuwangi, seperti dilansir Kompas TV, Kamis (29/9/2016).
Hariyati tak menyangka suaminya bakal tewas mengenaskan seperti yang dialami temannya, yang karena ingin keluar padepokan harus dibunuh pengikut Dimas Kanjeng.
"Karena yang tahu semua kuncinya, kerahasiaan di padepokan itu ya suami saya," Hariyati menambahkan.
Abdul Gani juga bercerita kepada istrinya soal Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi penuh rekayasa, termasuk baliho besar bergambar Dimas Kanjeng dengan pejabat dan Presiden Joko Widodo.
"Mulai dari foto-foto bersama orang-orang berpangkat dan kepresidenan katanya sih editan semua. Pokoknya di situ disetting semua, termasuk masalah uang. Biar santri-santrinya yakin. Itu kesaksian almarhum kepada saya," terang dia.