Kisah Dodi, Sang Sultan Agung di Padepokan yang Sering Bawa Lari Uang Dimas Kanjeng
Di mata pengurus dan pengikut padepokan, Dodi dikenal sebagai sosok yang nakal dan suka membawa lari uang Dimas Kanjeng.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, PROBOLINGGO - Dodi Wahyudi, satu nama yang akhir - akhir ini sering dikaitkan dengan Taat Pribadi, pengasuh, guru besar, sekaligus pemilik Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi di Dusun Cengkelek, Desa Wangkal, Kecamatan Gading, Probolinggo memiliki jabatan strategis di padepokan yang memiliki ribuan pengikut dari semua daerah di Indonesia.
Dodi menjabat sebagai Sultan Agung, atau istilah untuk pengikut Dimas Kanjeng yang berhasil membawa ratusan pengikut masuk ke padepokan.
Di mata pengurus dan pengikut padepokan, Dodi dikenal sebagai sosok yang nakal dan suka membawa lari uang Dimas Kanjeng.
Bahkan, tidak hanya uang dalam bentuk rupiah, informasinya Dodi juga membawa lari uang dalam bentuk dollar.
Penasehat Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi, Taufik mengaku tidak sebegitu kenal dengan Dodi.
Namun, saat bertemu, ia ataupun Dodi saling menyapa. Namun, ia menyebut terakhir kali melihat Dodi di Padepokan itu tahun 2014 lalu.
"Terakhir tahun 2014 di padepokan. Setelah itu , sampai sekarang, saya tidak melihat wajahnya sama sekali," katanya saat ditemui kepada Surya (TRIBUNnews.com Network), Senin (3/10/2016).
Taufik menjelaskan, Dodi itu merupakan sosok yang paling disegani di padepokan ini.
Sebab, dimata yang mulia, sebutan lain Taat Pribadi di padepokan, Dodi berhasil mencari ratusan pengikut untuk masuk ke dalam padepokan ini.
"Makanya yang mulia itu meresmikannya sebagai sultan agung. Sultan agung itu istilahnya koordinator para sultan - sultan yang ada. Jadi, posisinya di bawah yang mulia langsung," terangnya kepada Surya (TRIBUNnews.com Network).
Meski berprestasi, kata Taufik, Dodi itu juga dibenci oleh yang mulia.
Ia mengatakan, bahwa banyak uang Taat Pribadi yang dibawa lari oleh Dodi. Oleh karena itu, Dodi jarang sekali datang ke padepokan.
"Bahkan, setau saya , Dodi ini tidak pernah datang meski dipanggil yang mulia berulang kali. Dicari di rumahnya juga tidak ada," ungkapnya.
Ia pun mencontohkan, Dodi ini pernah dipercaya yang mulia mengambil uang gaib di Banten sebanyak lima kantong. Kantong itu berisi uang dolar.
Namun, Dodi justru menghilang dan tidak datang ke padepokan beberapa minggu.
"Hampir tiga mingguan, dia menghilang. Setelah itu, ia datang ke padepokan dan hanya menyetorkan dua kantong, tiga kantong dilaporkan hilang. Dua kantong itu pun, isinya sudah dikurangi sama Dodi," jelasnya.
Padahal, lanjut Taufik, uang itu akan digunakan untuk mensejahterakan umat manusia.
Uang gaib itu memang tidak bisa dipikir secara nalar ataupun logika. Namun, kata dia, uang itu asli dan bisa digunakan.
"Saya tidak tahu caranya mendapatkan uang itu bagaimana , karena yang bisa seperti itu hanya yang mulia Taat Pribadi. Saya bilang seperti ini, karena saya melihat uang dollar itu langsung. Awalnya sempat tidak percaya, tapi mau bagaimana lagi toh itu memang asli," ujarnya.
Pria asal Makassar ini menambahkan, Dodi juga pernah membawa lari uang mahar dari para pengikut rekrutannya.
Artinya, semisal Dodi membawa uang mahar dari 150 pengikut anyar, hanya 30 uang mahar dari pengikutnya yang disetorkan ke padepokan.
"Terungkapnya ketika ada pengikut anyar di istighosah yang tidak terdaftar alias ilegal. Setelah ditanya, mereka sudah setor uang ke Dodi tapi tidak didaftarkan," imbuhnya.
Kendati demikian, Taufik menyebut sempat mendapatkan informasi terakhir bahwa ruko Dodi yang dibangun menggunakan uang Dimas Kanjeng ini roboh dan rusak, tidak ada panas dan tidak ada hujan disertai angin kencang.
"Mendadak roboh, mungkin itu karma buat dia. Saya sekarang tidak tahu, dia ada dimana dan kabarnya seperti apa," tandasnya.
Anam, salah satu pengikut lainnya, mengatakan bahwa Dodi itu merupakan sosok yang baik hati saat sama - sama menjadi pengikut. Namun, kata dia, Dodi berubah 180 derajat setelah kehidupannya berubah paska diangkat sebagai sultan agung oleh Taat Pribadi.
"Dodi lebih sombong, dan keras kepala saat menjabat sebagai sultan. Tidak rendah hati dan berbeda dari pertama kali mengenalnya," tuturnya.
Pengikut asal Jember ini menjelaskan, taraf hidup Dodi memang berubah paska dinyatakan sebagai sultan agung.
Rumahnya yang awalnya kecil, mendadak lebih mewah dan dibangun menjadi lantai tiga.
Ia mampu membangun ruko yang besar dan memiliki banyak tanah. Bahkan, ia pun juga memiliki mobil dan sejumlah perabotan rumah dengan nilai fantastis lainnya.
"Kehidupannya itu seperti sulap. Kemarin hidup pas - pas karena hanya bekerja sebagai karyawan perusahaan swasta, dan besoknya mendadak menjadi miliader tanpa memiliki pekerjaan yang jelas," pungkasnya.