Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Anggota Yayasan Padepokan Dimas Kanjeng di Banjar Pemudungan Tabanan 209 Orang

Dimas Kanjeng yang terkenal bisa menggandakan uang tersebut mendirikan Yayasan Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi di Banjar Pemudungan.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Anggota Yayasan Padepokan Dimas Kanjeng di Banjar Pemudungan Tabanan 209 Orang
Tribun Bali/I Made Argawa
Pembina Yayasan Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi, I Wayan Suada, menunjukkan SK Notaris pembentukan yayasan tersebut di rumahnya di Pupuan, Tabanan, Senin (3/10/2016). 

TRIBUNNEWS.COM, TABANAN - Pengaruh Dimas Kanjeng Taat Pribadi (46) ternyata benar-benar merambah sampai Bali.

Dimas Kanjeng yang terkenal bisa menggandakan uang tersebut mendirikan Yayasan Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi di Banjar Pemudungan, Desa Belimbing, Kecamatan Pupuan, Tabanan.

Pengikutnya pun lumayan banyak, mencapai 209 orang dan sebagian besar orang Bali.

Dimas Kanjeng meresmikan yayasan yang memiliki luas sekitar 10 are tersebut setahun lalu tepatnya pada 11 Oktober 2015.

Pria yang memiliki ilmu gaib itu hadir bersama Ketua Yayasan Padepokan Dimas Kanjeng di Probolinggo, Abdul Gani.

Pembina Yayasan Padepokan Pupuan, I Wayan Suada (49), mengaku pertama kali mengetahui yayasan yang didirikan oleh Dimas Kanjeng dari seorang pria bernama Parman, yang merupakan tenaga penyuluh perkebunan di Pupuan sekitar tahun 2010.

"Saya tertarik karena program yang ditawarkan bersifat sosial. Terkait dengan iming-iming penggandaan uang, saya kurang tahu," kata Suada saat ditemui Tribun Bali (Tribunnews.com Network) di rumahnya, Senin (3/10/2015).

Berita Rekomendasi

Menurut Suada, saat ini anggota yayasan tersebut berjumlah sekitar 209 orang. Namun, ia menolak yayasannya disamakan dengan padepokan meski sama-sama di bawah kendali Dimas Kanjeng Taat Pribadi, yang saat ini ditahan di Mapolda Jawa Timur akibat terjerat kasus pembunuhan dua pengikutnya, penipuan, penggandaan/pemalsuan uang, dan penistaan agama.

"Kami perlu sampaikan yayasan berbeda dengan padepokan. Yayasan ini bersifat sosial dan memiliki payung hukum, jika padepokan mungkin lebih menjurus ke kegiatan keagamaan," kata dia.

Saat ini Suada menghentikan seluruh kegiatan di yayasan yang lokasi di pinggir Jalan Raya Denpasar-Singaraja tersebut.

Penghentian dilakukan sejak mencuatnya kasus pembunuhan terhadap Abdul Gani, yang diduga dilakukan oleh Dimas Kanjeng bersama sembilan anggota tim pengawalnya (lima di antaranya mantan TNI) pada 13 April 2016.

"Bisa bilang kami hanya baru perencanaan program dan pernah ada pertemuan dua kali, setelahnya ada kabar terbunuhnya pimpinan di pusat dan saya vakumnya sementara," jelasnya.

Untuk 209 anggotanya, pria yang sempat bekerja menggarap proyek pemasangan instalasi listrik itu menerangkan mereka datang sendiri ke tempatnya.

Dia menyebutkan kemungkinan tahu dari mulut ke mulut.

"Yayasan ini satu-satunya di luar Pulau Jawa. Mungkin anggota yang datang tahu saat berada di Padepokan Dimas Kanjeng di Probolinggo," ujarnya.

Yayasan saat ini diketuai oleh I Wayan Sudarya, yang merupakan PNS di lingkungan Pemerintah Kabupaten Tabanan.

"Ketua yayasan di sini adalah Pak Sudarya," kata Suada.

Sebelum bertemu dengan Suada, Tribun Bali sempat bertemu I Putu Suardika (37) warga Banjar Dajan Tenten, Desa Banjar Anyar, Kecamatan Kediri.

Dari informasi yang dihimpun, Suardika adalah seorang pengikut Dimas Kanjeng Taat Pribadi dan pernah beberapa kali ke yayasan di Pupuan.

Selain Suardika, ada seorang lagi warga Banjar Dajan Tenten yang bernama Pak Man Kuncir juga merupakan pengikut Dimas Kanjeng.

Saat dikonfirmasi, Suardika mengaku tidak pernah ada iming-iming penggandaan uang saat mengikuti Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi.

"Hanya disebutkan jika mengikuti kegiatan padepokan akan mendapatkan kesejahteraan," ungkapnya.

Menurut Suada, Suardika dan Pak Man Kuncir adalah pengikut dari padepokan bukan anggota yayasan.

"Saya kenal mereka, pernah ke sini beberapa kali, tapi setelahnya tidak pernah lagi. Kemungkinan keduanya langsung ke Jawa, ke padepokannya," jelasnya.

Sumber: Tribun Bali
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas